29

77 8 0
                                    

Beberapa hari ini, baik Jungkook dan Hyemi maupun teman-temannya kembali dekat seperti sebelum kejadian taruhan terungkap.

Mereka sering terlihat duduk bersama dikantin untuk makan bersama. Serta juga sering sekali belajar bersama. Baik itu karena tugas yang mengharuskan, atau hanya sekedar untuk belajar tambahan.

Keadaan di antara mereka kembali membaik dengan mulus dan lancar.
Ntah karena keadaan yang mengharuskan, atau karena Jungkook yang kembali melakukan pendekatan tanpa kelihatan, atau memang Hyemi yang memberi kelonggaran, tak ada yang tau.

Teman-teman Hyemi juga tidak ada yang berinisiatif bertanya pada Hyemi. Mereka takut membuat keadaan di antara Jungkook dan Hyemi menegang lagi jika mereka bertanya mengenai kejadian yang lampau.

"Aku tidak mengerti," ucap Mingyu memecah keheningan yang tenang di tengah acara makan siang di kantin. Tangannya yang memegang sumpit tampak tak berniat mengapit beberapa butir nasi untuk di makan. Ini akibat dari menguras otak demi menyelesaikan soal fisika.

"Apanya?" tanya Eunwoo setelah menelan satu butir telur puyuh rebus.

"Kenapa kita harus menghitung waktu petir berbunyi setelah adanya kilat?" balas Mingyu makin lesu.

Disetujui cepat oleh Mijoo yang mengangguk setuju. "Benar sekali. Kenapa harus dihitung?"

"Tidak ada gunanya untuk masa depan...," gumam Jaehyun menimpali. "Kan, Kook?" lanjutnya meminta pendapat pada Jungkook yang sedang makan dengan lahap.

Yang diberi pertanyaan hanya mengangguk saja sebagai tanggapan. Dia kelaparan kalau kalian ingin tahu. Tenaganya terkuras habis karena banyak berfikir.

"Memang kau punya masa depan?" tanya Miyeong, yang seketika membuat Jaehyun tersedak.

Jiyeong yang berada di seberang Jaehyun cepat tanggap mengambilkan gelas berisi air putih.

"Minum dulu, minum," titah Jiyeong.

"Sekarang saja mengeluh, kedepannya apa? Putus asa?"

Yang lain meringis miris mendengar ucapan Miyeong. Ada benarnya sih, tapi terlalu kejam jika keluar dari mulut Miyeong.

Karena tadi Eunwoo kebetulan membeli satu kotak susu berperisa vanila. Jadi Eunwoo memberikannya pada Miyeong dengan sukarela.

"Apa?" tanya Miyeong dengan alis yang bertaut heran ke arah Eunwoo.

"Kata orang susu bisa menghilangkan rasa pedas."

"Lalu?"

"Mulutmu pedas. Siapa tau setelah minum susu bisa hilang."

"Ppffttttㅡ"

Mijoo dengan cekatan membekap mulut Mingyu yang akan meledakkan tawa. Sebab, menertawakan Miyeong yang merasa terhina bukanlah pilihan tepat.

Yah, Mingyu memang tidak jadi tertawa hebat, tapi Jungkook sudah meledakkan sebuah tawa mengejek dengan kuat.

"Ack!"

Jungkook meringis begitu keningnya menjadi tempat mendarat satu kotak susu berperisa vanila.

"Ssshhh, sakit!" ujarnya pada pelaku yang membuat keningnya berdenyut. Kebetulan sudut kotak susu yang bersentuhan dengan dahi Jungkook.

Miyeong sebagai terduga pelaku lanjut makan dengan tenang. Tidak peduli bahkan tidak tau jika kini Jungkook menatapnya dengan sorot tajam.

"Berdarah, Kook," ungkap Jaehyun yang melihat noda merah di kening Jungkook begitu Jungkook menurunkan tangannya dari kening.

"Apa?!" seru Jungkook tak percaya. Tak terima. Tak rela.

Keningnya yang rupawan, lecet?

Tidak bisa di biarkan.

TypeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang