18

73 4 0
                                    

Jungkook terbaring tak berdaya di kamarnya.

Setelah pulang sekolah, ia langsung mandi. Membersihkan badan sekaligus menenangkan diri dengan air hangat. Tapi setelah mandi, ia malah makin lemas. Teringat akan apa yang di katakan Hyemi padanya.

Tidak. Jungkook tidak marah pada Hyemi. Toh sepertinya ini pantas ia dapatkan. Karma kalau kata Jiyeong dan Mijoo.

"Jungkook. Tidak makan malam?" Yeonghee masuk ke kamar Jungkook. Mendatangi anak tunggalnya yang tak keluar kamar semenjak pulang sekolah.

Jungkook menoleh lesu menatap sang ibunda.

"Tidak, Eomma. Tidak nafsu."

"Jungkook, sakit?"

Yeonghee duduk di tepi ranjang anaknya. Meletakkan tangan di atas kening si buah hati. Mengecek suhu tubuh anaknya.

"Tidak. Lelah saja. Tadi Aku seleksi basket, makanya lelah."

"Oh, jadi tadi pagi minta restu untuk itu? Bagaimana, lolos tidak?"

"Lolos, Eomma."

"Baguslah."

Jungkook beringsut mendekati ibunya. Meletakkan kepala di atas paha sang ibunda.

"Kenapa? Jungkook, ada masalah?" tanya Yeonghee lembut. Tangannya mengusap pelan rambut putranya.

Jungkook menggeleng. "Tidak, hanya terfikirkan. Sudah berapa banyak mantanku? Sudah berapa gadis yang Aku sakiti perasaannya?"

Yeonghee terkejut mendengar perkataan anaknya. Tumben sekali memikirkan itu.

Biasanya anaknya ini tak peduli sama sekali.

"Hari ini Aku meminta restu bukan untuk seleksi. Tapi Aku ingin menembak seorang gadis."

"Diterima?"

"Awalnya iya. Tapi setelah itu diputuskan."

"Loh? Kenapa?"

"Aku ketahuan berbohong."

"Maksudmu apa, sayang?"

"Aku taruhan. Dia objeknya. Kalau Aku berhasil membuat dia suka padaku, Aku mendapat motor dari teman-teman."

"Jungkook?!" Mendengar jawaban sang anak, Yeonghee tak sengaja menaikkan suara.

"Iya, Eomma. Aku tahu Aku salah. Aku menyesal."

"Lalu gadis itu bagaimana?"

"Dia ternyata sudah tau kalau dia Aku jadikan objek taruhan. Dia tetap mengikuti alur yang ku buat. Membuat dirinya seolah-olah menyukaiku. Menerimaku jadi kekasihnya. Tapi setelah itu, dia memutuskanku. Dia menjadikanku objek taruhan juga. Jika Aku percaya kalau dia benar-benar suka padaku, dia menang taruhan dengan teman-temannya."

Yeonghee tersenyum teduh.

"Kau marah?"

"Tidak. Aku tidak marah. Aku tidak bisa marah padanya. Aku benar-benar menyukainya, Eomma. Aku menyesal."

"Kau sudah minta maaf padanya, sayang?"

Jungkook menggeleng. "Belum. Aku takut dia tak mau memaafkanku."

"Laki-laki harus berani. Berani berbuat, berani bertanggungjawab. Kau minta maaf saja dulu. Urusan diterima atau tidak, itu urusan belakangan."

"Eomma, Aku tidur saja ya. Tak mau makan."

Yeonghee terkekeh. "Jadi anak eomma sedang patah hati sekarang?" tanyanya menggoda.

"Eomma tidak boleh menggoda anaknya, loh."

TypeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang