Sohyun akan benar-benar mengira kalau dirinya tadi berhalusinasi atau arwah Jeonkook sedang menerornya karena jantung pemuda itu ada dalam dirinya jika saja ia tidak melihat pemuda itu saat ini berdiri di depannya dengan rambut yang mulai panjang berwarna blonde.
"Noona ... annyeong haseyo," Jeonkook membungkuk hormat lalu mempersilakan Sohyun duduk di kursi yang berhadapan dengannya. Ia sengaja menelepon Sohyun karena ingin bertemu dengan wanita itu.
"Hya!" Sohyun berniat membentak, namun nada suaranya justru sangat datar karena masih bingung. "Kau masih hidup? Bukankah ... bukankah jantung ini milikmu?"
Jeonkook mengikuti arah telunjuk Sohyun yang sedang menunjuk dada wanita itu sendiri. Detik berikutnya Jeonkook mengulas senyum.
"Naega aniya (bukan aku)."
Sohyun menghela napas lega luar biasa. Setidaknya ia tidak akan merasa bersalah di kemudian hari dan mengutuk jantung yang berdetak dalam dirinya.
"Lalu mengapa semua orang berkata kalau kau yang mendonorkan jantung untukku?"
"Ini semua ide Jin Hyeong, sepupuku. Dia yang membuat skenario ini agar aku bisa keluar dari hidup Taehyungie Hyeong. Saat ada pemuda seumuranku yang kecelakaan di dekat rumah sakit, Jin Hyeong menghubungi keluarga pemuda itu agar bersedia mendonorkan jantungnya untukmu atas namaku."
"Orang tuamu tahu?"
Jeonkook mengangguk mantap masih dengan senyum terukir. Namun Sohyun dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di mata pemuda itu.
"Aku pindah sekolah. Aku tinggal di Busan bersama Jin Hyeong. Eomma-ga ... mengizinkanku untuk berhubungan dengan pria asal itu bukan Taehyungie Hyeong."
Sohyun memang marah pada Jeonkook dan Taehyung karena telah menipunya. Tapi dia selalu merasa iba pada Jeonkook. Pemuda di depannya ini terlihat sangat kesepian dan sendirian.
"Belajarlah untuk menyukai perempuan."
Jeonkook menggeleng lemah. Jika saja bisa, dia ingin hidup normal. Jika saja bisa, dia ingin seperti pemuda lain yang pergi berkencan dengan kekasih wanitanya. Yang berusaha melindungi kekasih wanita dari segala bahaya. Sayangnya dia tidak bisa.
"Aku sudah pernah mencobanya. Tapi aku memang tidak bisa, Noona."
"Jeon, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Aku bisa membantumu mencari gadis yang baik. Gadis yang mau membantumu untuk sembuh."
Lagi-lagi Jeonkook hanya tersenyum. Gay bukanlah sebuah penyakit. Itu adalah orientasi seksual. Dan dirinya memang menyukai pria. Dia akan merasa mual saat membayangkan bergandengan tangan dengan seorang gadis apalagi sampai berciuman.
"Kau masih menyukai Lee Taehyung?"
Jeonkook mengangguk. "Tapi aku ingin melupakannya. Ayah dan ibuku mau memaafkanku asalkan aku menghilang dari hidup Taehyungie Hyeong. Aku ingin dia bisa hidup normal, Noona. Jadi ... bolehkah aku meminta satu hal padamu?"
"Apa?"
"Tolong buat Taehyungie Hyeong mencintaimu."
Hening untuk beberapa detik sebelum Sohyun menghela napas kesal.
"Hya, paboya!" Sohyun menunjuk Jeonkook, "Jika kau mual saat membayangkan berhubungan dengan seorang gadis, aku juga merasa mual saat membayangkan berhubungan dengan kakakmu. Aku merasa jijik sampai ingin menendangnya jauh-jauh!"
"Jebal ..."
"Nan shireoyo! Ingatan saat kalian berciuman di kolam renang masih menancap di kepalaku dengan jelas!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan
Fanfiction"Aku dan kamu adalah dua ganjil yang tidak bisa menggenapkan. Adalah dua kata yang tidak bisa menjadi kita." -Lee Taehyung, 2020. START: 25 Juni 2020.