The Rain.

1.1K 213 73
                                    

Harusnya yang Sohyun temui setelah pergi dari rumah sakit adalah Namjoon. Memberitahu pria beriris cokelat terang itu mengenai kabar baik sekaligus kabar buruk.

Kabar baik bahwa dirinya sebentar lagi akan memiliki kekuasaan dan bisa menghancurkan Jimin.

Dan abar buruknya adalah ia dan Taehyung tidak bisa bercerai.

Sayangnya yang Sohyun temui bukan Namjoon, melainkan Jeonkook. Ia menghubungi adik iparnya itu dan meminta bertemu di sebuah kedai kecil yang tidak terlalu ramai.

Shin Jeonkook memang datang menemuinya malam ini. Dengan mata sembab seperti habis menangis. Sohyun rasa pemuda delapan belas tahun itu baru saja menangisi Taehyung entah karena apa. Mungkin saja suami tidak normalnya itu sudah memberitahu Jeonkook perihal keputusan tuan Lee Gwang Bin hari ini.

Iba.

Perasaan itu selalu muncul dalam hati Sohyun setiap kali melihat Jeonkook. Mengingat betapa lugu dan baiknya pemuda itu padanya selama ini. Meski rasa iba itu dikalahkan oleh rasa jijik sekaligus geram.

"Noona tidak bawa jaket?" tatapan Jeonkook jatuh pada kedua lengan Sohyun yang terbuka. Dress warna peach dengan rambut diikat, membuat Sohyun terlihat anggun. Malam ini udara dingin. Ia khawatir kakak iparnya itu akan kedinginan. "Mau pakai jaketku?"

Sohyun lekas menggeleng tatkala Jeonkook hendak membuka ransel hitam yang pemuda itu pangku sejak tadi. "Tidak perlu."

Jeonkook mengurungkan niatnya. Dia tidak tersinggung sama sekali. Dia paham, salah satu alasan di balik penolakan Sohyun barusan tidak lain pastinya berkaitan dengan hubungannya dan Taehyung.

"Kau sedang ada masalah?"

Jeonkook cukup terkejut. Bahkan setelah apa yang terjadi, wanita di depannya ini masih menyisipkan sedikit rasa peduli.

"Tidak, Noona. Aku hanya sedikit lelah."

Sohyun menimpali dengan anggukan. Meski sebenarnya ia belum puas dengan jawaban Jeonkook. Ia penasaran sekaligus khawatir. Ia pernah menganggap Jeonkook layaknya seorang adik. Namun segera ia tepis karena teringat tujuan utamanya mengajak pemuda ini bertemu.

"Jeon, bisakah aku langsung bicara pada inti masalahnya? Aku sangat sibuk dan tidak memiliki banyak waktu untuk berlama-lama bicara denganmu!"

"Bicara saja, Noona. Aku akan mendengarkannya dengan baik. Agar Noona bisa segera pergi. Maaf mengganggu waktumu."

Meski Sohyun yang mengajaknya bertemu, entah mengapa Jeonkook merasa bersalah karena membuat wanita itu repot.

"Apa kau masih berhubungan dengan suamiku?" Sohyun menekan kata terakhir. Mengisyaratkan kepemilikan agar Jeonkook segera sadar diri. "Apa kalian masih bertemu?"

"Masih."

"Apa kau tidak ingin menyerah?" Sohyun mengambil botol soju yang tadi ia pesan. Menuangkan isinya pada gelas miliknya. Sementara ia sendiri memesan cokelat panas untuk Jeonkook tanpa menunggu persetujuan pemuda itu. "Pria yang kau cintai adalah suamiku. Jika saja kau seorang wanita, aku mungkin akan memanggilmu jalang!"

Kedua telapak tangan Jeonkook yang ada di bawah meja, mengepal kuat. Untuk kesekian kalinya, orang-orang yang ia temui melontarkan kata-kata yang membuatnya terluka.

"Buang imajinasi konyolmu kalau kau dan Taehyung bisa hidup bersama dan bahagia sebagai sepasang kekasih," Sohyun menenggak habis soju yang ada di gelas kecil miliknya. Lalu kembali meletakkan benda bening itu di atas meja dengan cukup keras. "Aku dan Taehyung tidak akan pernah bercerai. Itu permintaan ayah mertua!"

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang