Taehyung menandatangani beberapa berkas yang ada di meja kerjanya. Sesekali, matanya tertuju pada sofa abu-abu yang ada di ruangan kerjanya di mana Sohyun-nya sedang duduk di sana sambil tersenyum menatapnya.
"Maaf ya. Aku sangat sibuk hari ini. Jadi, kita tidak bisa mengobrol banyak seperti biasanya," Taehyung mengulas senyum. Lingkaran hitam di bawah matanya mulai terlihat jelas. Siapa pun pasti menyadari tubuhnya semakin kurus setiap harinya. "Aku janji akan menyelesaikan ini semua dengan cepat dan menemanimu supaya kau tidak kesepian."
Taehyung sudah mulai terbiasa dengan keheningan. Dia terbiasa berbicara tanpa mendapat balasan dari Sohyun. Setidaknya, ia cukup bersyukur karena bisa melihat sang istri setiap hari.
Taehyung yakin, dia akan gila jika tidak melihat Sohyun.
"Kau mau makan apa nanti siang? Mau makan di sini atau kita keluar?"
Ketukan pada pintu membuat Taehyung menghentikan aktivitas mengobrolnya. Dua orang karyawan masuk setelah membungkuk hormat pada Taehyung. Tadi pagi, Taehyung bertemu dengan dua orang ini di lobi dan tidak sengaja mendengar obrolan dua karyawannya itu yang sama-sama sedang memiliki masalah keuangan.
Pria yang satunya ingin membawa ibunya berobat tapi uang gajinya setiap bulan ia gunakan untuk keperluan rumah dan juga untuk membayar hutang. Sedangkan pria yang lain sebentar lagi istrinya akan melahirkan anak keempat mereka.
Taehyung memanggil dua karyawannya karena ingin memberi mereka sedikit uang sebagai hadiah sekaligus untuk meringankan beban dua karyawan yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Tuan Nam, Tuan Song, silakan duduk."
Dua karyawan tersebut segera duduk mematuhi perintah sang atasan. Sejujurnya mereka takut akan dipecat karena ini adalah pertama kalinya mereka dipanggil oleh salah satu pria terkaya di Korea itu.
"Maaf mengganggu pekerjaan kalian. Aku hanya minta waktu kalian sebentar saja," Taehyung membuka laci mejanya dan mengeluarkan dua buah amplop warna putih. Ia lalu memberikannya pada dua karyawannya itu yang kini wajahnya berubah pucat.
"T-Tuan Lee, apa salah kami?"
Sebelah alis Taehyung terangkat. Padahal dirinya belum menjelaskan apa isi amplop ini.
"Jangan pecat kami, Tuan. Kami sedang membutuhkan banyak biaya untuk keluarga kami. Kami berjanji akan bekerja lebih keras."
"Aku bukan mau memecat kalian," Taehyung menunjuk dua amplop itu dengan dagu. "Kalian buka dan gunakan isinya sebaik mungkin. Anggap itu sebagai hadiah."
Dengan raut wajah kebingungan, mereka membuka amplop pemberian Taehyung. Seketika mata mereka membola. Di sana terdapat selembar cek bertuliskan deret angka dengan nominal yang tidak sedikit. Benar-benar tidak sedikit.
"Tuan Lee," karyawan bermarga Nam menatap sang atasan dengan mata berkaca-kaca. Begitu juga temannya.
"Aku tidak sengaja mendengar obrolan kalian di lobi. Anggap itu sebagai hadiah atas kerja keras kalian," Taehyung menatap arlojinya yang melingkar di pergelangan tangan kiri. "Waktunya kembali bekerja."
Kedua karyawan itu bergegas bangkit, membungkuk berulang kali sambil terus mengucapkan terima kasih. Mereka tidak menyangka sang atasan yang terkenal angkuh dan sangat dingin itu memberi mereka uang dalam jumlah besar.
"Aku akan segera menebus obat ibuku," ujar pria bermarga Song setelah ia menutup pintu ruangan Taehyung. Mereka berjalan di koridor menuju ruang kerja mereka sendiri.
"Hya," pria bermarga Nam tadi merasa sedikit aneh. "Apa kau tadi ... melihatnya?"
"Melihat apa?"
"Ah, lupakan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan
Fiksi Penggemar"Aku dan kamu adalah dua ganjil yang tidak bisa menggenapkan. Adalah dua kata yang tidak bisa menjadi kita." -Lee Taehyung, 2020. START: 25 Juni 2020.