Pengakuan.

1.1K 225 110
                                    

"Hyeong."

"Hm?" Taehyung mengusap puncak kepala Jeonkook. Ia sedang merebahkan diri di sofa perpustakaan dan Jeonkook bersandar pada dadanya dengan posisi memeluknya. Sementara kaos hitam Taehyung tergeletak begitu saja di lantai. Lain halnya dengan sang adik yang masih berpakaian lengkap.

"Apa kau lelah?"

"Tidak karena aku memilikimu," Taehyung mengulas senyum, sangat tipis hingga siapa saja yang penglihatannya kurang jeli, tidak bisa melihatnya. Ia masih memainkan rambut Jeonkook yang tebal dan beraroma sahmpoo bayi. Entahlah, adik angkat sekaligus kekasihnya itu sangat suka dengan shampoo semacam itu.

"Bagaimana dengan Noona?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Kau sudah memberitahunya tentang hubungan kita?"

"Belum," Taehyung menyentuh sisi wajah Jeonkook agar adiknya mendongak kemudian mengecup bibirnya sekilas. "Tapi aku akan segera memberitahunya."

Jeonkook bergeming. Jari telunjuknya sibuk memainkan petak-petak pada perut Taehyung. Padahal seingatnya, bulan lalu petak itu hanya ada enam tapi sekarang bertambah jumlahnya menjadi delapan. Sedangkan dirinya sendiri baru memiliki empat petak, tentu tidak sebagus milik Taehyung.

"Hyeong ... bukankah apa yang kita lakukan ini salah?"

"Bagian mana yang salah?"

"Kita bersaudara. Tidak seharusnya kita menjalin hubungan seperti ini. Apalagi ... kita sejenis."

"Tidak ada yang salah dari jatuh cinta, Jeon," Taehyung mengeratkan pelukannya pada Jeonkook dan mulai memejamkan mata. Ia sedikit mengantuk pagi ini karena semalam sibuk di ruang kerjanya hingga menjelang pagi. Tapi tidak masalah, toh ini hari minggu. Dia tidak perlu pergi bekerja dan bisa menghabiskan waktu seharian bersama Jeonkook. "Tidak peduli kau laki-laki atau perempuan, aku mencintaimu karena kau adalah Shin Jeonkook. Tidak ada alasan lain untuk itu. Kita seperti ini bukan berarti kita tidak normal. Kita hanya berbeda dari yang lain. Jatuh cinta tidak memandang status sosial atau gender, Jeon."

Jeonkook setuju dengan ucapan Taehyung. Tapi ada bagian lain dari hatinya yang merasa sedih jika mengingat hubungan yang tengah ia jalani. Mereka memang saling mencintai, tapi tentunya akan banyak orang yang menentang. Dan ia tidak siap untuk itu.

Jeonkook introvert. Dia kesulitan bergaul dengan teman-temannya sejak masih kecil. Dan di saat seperti itu, Taehyung lah yang selalu ada di sisinya. Bermain bersamanya, menjaganya, mengajarinya naik sepeda dan memastikan bahwa dirinya baik-baik saja. Dan secara alami, perasaan lain itu muncul. Perasaan sayang yang lebih dari seharusnya dan rasa takut ditinggal pergi.

Jeonkook tidak siap jika suatu hari nanti Taehyung akan meninggalkannya, memunggunginya dan pergi dari hidupnya. Hal itu adalah ketakutan paling besar yang kadang muncul dalam mimpinya. Bagaimana caranya agar ia bisa mempertahankan Taehyung? Meski kakak angkatnya itu pernah berjanji tidak akan meninggalkannya, namun tetap saja ia takut. Bisa jadi Taehyung akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik darinya.

"Hyeong."

"Hm?"

"Aku ingin melakukan itu."

Perlahan, Taehyung membuka matanya. Mendapati Jeonkook sedang mendongak menatapnya dengan tatapan lugu yang mendadak membuatnya berdebar.

"Kita sudah lama menjalin hubungan. Tapi kita belum pernah melakukannya."

"Tidak perlu. Aku tidak ingin menyakitimu."

"Aku bisa menahannya," Jeonkook masih berusaha membujuk. "Meski sakit, aku bisa menahannya. Aku ingin Hyeong senang."

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang