Sejak Sohyun menghilang, bukan hanya Taehyung yang menghabiskan lebih banyak waktu di kantor. Para karyawannya juga ikut terkena imbasnya. Hampir setiap hari mereka harus lembur bahkan mereka kerap pulang lewat tengah malam. Tak jarang di hari libur, Taehyung memerintah mereka untuk lembur.
"Kau bisa dilaporkan ke Dinas Ketenagakerjaan jika terus menyiksa karyawanmu seperti ini!" tegur Jeonkook yang baru saja masuk ke ruang kerja Taehyung. "Hidup mereka bukan hanya tentang pekerjaan saja, Hyeong."
Taehyung mengabaikan sang adik. Matanya masih tertuju pada layar komputer. Seolah ucapan Jeonkook hanyalah angin lalu yang tidak penting.
"Lima karyawanmu mengundurkan diri minggu lalu. Dan hari ini ada tujuh bodyguard yang mengajukan pengunduran diri. Jika terus begini, perusahaan yang sudah kau bangun dari nol akan hancur begitu saja."
Taehyung bergeming. Sama sekali tidak berminat untuk memberi tanggapan. Jika boleh jujur, ia sendiri tidak ingin seperti ini. Dia lelah, baik fisik maupun hatinya. Namun bekerja adalah cara mengalihkan ingatan terbaik agar ia bisa sedikit saja mengalihkan pikirannya dari Sohyun. Meski sebenarnya ia berharap Sohyun segera ditemukan dan kembali ke dalam pelukannya.
"Abeoji memintaku berangkat ke China besok. Dia melarangmu pergi ke sana karena kondisimu sedang tidak baik-baik saja," Jeonkook menarik kursi di seberang meja kerja sang kakak. "Abeoji sudah menjelaskan apa saja yang harus aku lakukan saat bertemu dengan klien di sana. Jadi Hyeong tidak perlu khawatir."
"Aku baik-baik saja. Aku akan tetap ke sana besok."
Jeonkook menghela napas keras. Cukup keras sampai berhasil mengalihkan fokus Taehyung dari komputer ke arahnya.
"Apa definisi baik-baik saja menurutmu, Hyeong? Kau tidak pernah pulang ke rumah, jarang makan bahkan saat diajak bicara, kau seperti batu yang diberi nyawa," Jeonkook benar-benar kesal sekarang. "Bukan hanya kau yang kehilangan Noona, kita semua kehilangan. Kita semua ingin Noona kembali. Tapi apa kau pikir dengan bersikap seperti ini, Noona akan jatuh dari langit dan kembali?"
"Keluar dari ruanganku!" titah Taehyung, kelewat dingin.
"Lihat? Kau selalu seperti ini jika ada yang mengingatkanmu! Apa kau berniat menghancurkan hidupmu sendiri? Apa kau tidak melihat bagaimana kondisi Eommoni sekarang? Dia bersusah payah membuatmu bangkit. Apa kau peduli?"
"KELUAR, SHIN JEONKOOK!" Taehyung berdiri dengan wajah merah padam. Dia tidak suka dengan semua ucapan Jeonkook yang berusaha menariknya untuk menelan kenyataan pahit. Dia tahu Sohyun belum ditemukan hingga sekarang. Dia tahu apa yang dia lakukan salah karena sama saja menghancurkan hidupnya sendiri secara perlahan. Tapi ini yang Taehyung mau. Dan dia tidak ingin ada orang lain yang terlalu ikut campur. "Keluar sebelum kesabaranku habis!"
Mau tidak mau Jeonkook bangkit dari tempatnya. Bukan karena takut sang kakak akan murka, tapi karena ingin mengakhiri perdebatan yang tidak mungkin ada ujungnya jika Jeonkook tidak mengalah.
"Aku akan pergi ke China selama lima hari. Hubungi aku jika terjadi sesuatu," Jeonkook melangkah membuka pintu ruangan Taehyung. "Jaga dirimu baik-baik, Hyeong. Aku harap setelah aku kembali, kau jauh lebih baik dari hari ini."
Percakapan itu berakhir setelah Jeonkook keluar dan menutup pintu. Membiarkan Taehyung yang masih diselimuti emosi menghela napas panjang. Membuang pandangannya ke arah jendela besar yang sedang meyajikan keramaian Seoul hari ini. Dia hanya ingin Sohyun kembali. Sebuah keinginan yang terlalu mustahil untuk bisa terwujud.
Andai saja Taehyung tidak membuat perjanjian pernikahan dengan Sohyun. Andai saja perasaan Taehyung tidak berubah. Andai saja ia masih mencintai Jeonkook seperti dulu, mungkin hidupnya sekarang akan baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan
Fanfiction"Aku dan kamu adalah dua ganjil yang tidak bisa menggenapkan. Adalah dua kata yang tidak bisa menjadi kita." -Lee Taehyung, 2020. START: 25 Juni 2020.