Permintaan

691 127 35
                                        

Taehyung terbangun saat sinar matahari menyusup di sela-sela gorden yang belum terbuka. Ia tersenyum saat menyadari lengan kanannya mulai kebas karena dijadikan bantal oleh Sohyun semalaman.

Tidak masalah, Taehyung rela jika seribu tahun ke depan ia akan terbangun dengan lengan yang terasa kebas. Asal Sohyun ada di sampingnya.

Enggan untuk bangun, ia justru menarik selimut sebatas lehernya dan memeluk Sohyun setelah sebelumnya membetulkan posisi selimut istri yang dicintainya itu. Taehyung menyusupkan kepalanya di ceruk leher Sohyun yang membuat wanita berambut pendek itu perlahan terbangun.

"Pukul berapa sekarang?"

"Tidah tahu," jawab Taehyung masih dengan posisi yang sama. "Ayo tidur lagi."

Sohyun melirik jam kecil yang ada di atas nakas. Tanpa bergerak sedikit pun karena Taehyung mengurungnya dalam dekapan hangat.

"Astaga! Oppa, ini sudah pukul sepuluh. Cepat bangun! Kau sangat terlambat!" Sohyun berusaha sekuat tenaga untuk bangun. Sayangnya lengan Taehyung menahannya sekuat tenaga. "Oppa!"

"Aku tidak mau ke kantor!"

Dua minggu telah berlalu sejak kembalinya Sohyun ke dalam pelukan taehyung. Selama dua minggu itu pula setiap pagi mereka berdua akan berdebat karena Taehyung enggan pergi ke kantor dan ingin melanjutkan tidur. Sementara Sohyun akan terus mengomel hingga akhirnya Taehyung menyerah dan bersedia pergi ke kantor. Meski sangat terlambat. Karena saat jam makan siang, pria berparas tampan itu baru tiba di kantor.

Tentu saja bersama Sohyun. Wanita itu juga harus datang ke kantor. Bukan untuk menjadi bodyguard Taehyung, tapi karena hingga saat ini Taehyung ingin menjaga Sohyun dengan kedua tangannya sendiri.

Untuk urusan keamanan, Taehyung bahkan memperketatnya di kantor. Setiap karyawan selain memakai tanda pengenal, juga harus melewati pintu sensor yang hanya bisa dibuka dengan pengenalan wajah mereka masing-masing. Ditambah dengan sidik jari. Karyawan yang membawa benda tajam dan senjata api pun akan terbaca saat melewati pintu tersebut.

Jangankan benda tajam seperti pisau, dua hari lalu ada karyawan yang membawa peniti di dalam tasnya. Dan alarm pada pintu yang ia lewati berbunyi nyaring.

Hal ini memang sangat melelahkan bagi para karyawan. Karena untuk masuk ke gedung tempat mereka bekerja, mereka harus melewati berbagai macam pemeriksaan. Di setiap sudut ruangan, di meja-meja kerja karyawan, dipasang alat penyadap dan cctv. Mereka tersiksa. Namun saat mengingat Taehyung telah menaikkan gaji mereka empat kali lipat dari yang seharusnya, mau tidak mau mereka patuh.

Hal ini Taehyung lakukan untuk mengantisipasi apabila ada pengkhianat di perusahaannya yang bekerja sama dengan Seok Jin untuk mencelakai istrinya.

Setelah melewati perdebatan cukup panjang, Taehyung mengalah dan segera bergegas bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Begitu juga dengan Sohyun.

Satu jam kemudian, mereka berdua tiba di kantor dengan beberapa bodyguard yang mengawal mereka.

"Mau makan apa?" Taehyung menciumi pipi Sohyun berulangkali saat wanita itu sedang fokus menonton salah satu drama terbaru. Ruang kerja Taehyung yang dingin karena AC, membuat keduanya semakin nyaman.

"Chicken," Sohyun membalas ciuman sang suami tepat di pipinya. "Dan soda."

"Nasi?" tawar Taehyung, sambil mengeluarkan ponselnya dan menghubungi salah satu restoran penjual ayam goreng langganan mereka.

"Aku belum terlalu lapar."

Taehyung mengangguk. Jari-jarinya menari di atas layar ponsel untuk memesan makanan. Lima menit kemudian, ia melempar ponselnya asal ke atas meja dan berganti menarik Sohyun ke dalam pelukannya.

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang