Akhir Yang Berakhir

885 190 32
                                    

Manusia yang paling Sohyun hindari muncul di hadapannya. Bukan hanya seorang diri. Tapi bersama Jeonkook.

Sohyun tertawa mengejek. Haruskah Taehyung dan Jeonkook memamerkan hubungannya tepat di depan Sohyun? Lagi pula untuk apa Taehyung dan Jeonkook datang ke kantornya terang-terangan? Apa mereka tidak tahu kalau para wartawan sedang berkerumun di depan kantornya?

"Aku beri waktu kalian lima menit untuk bicara. Aku ada rapat," tegas Sohyun saat mereka duduk di sofa yang ada di ruangan Sohyun.

"Sohyun-ah, kumohon."

"Mulai," Sohyun mengaktifkan timer di ponselnya. Baginya lima menit tetaplah lima menit.

"Aku mencintaimu," itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Taehyung untuk memberi penjelasan. "Aku baru menyadarinya, Sohyun-ah."

Sohyun bergeming, lain dengan Jeonkook yang tampak gelisah. Ucapan Taehyung barusan benar-benar menyakiti hatinya. Jeonkook akui dirinya memang plin-plan. Setelah meminta Sohyun menjaga Taehyung dan tetap merahasiakan fakta bahwa dirinya masih hidup, namun ternyata dirinya sendiri yang berupaya menampakkan diri di depan Taehyung.

Jeonkook akui dirinya tidak bisa melupakan Taehyung. Tidak akan pernah bisa. Tanpa Taehyung, dirinya bukanlah apa-apa.

"Aku memang salah. Aku sangat bahagia begitu tahu Jeonkook masih hidup. Sampai-sampai aku tidak bisa berpikir jernih."

"Kalau begitu teruslah bahagia dengan Jeonkook dan jangan pernah berpikir jernih lagi!" tukas Sohyun. Sungguh dia ingin dua orang di depannya ini segera pergi.

Sohyun muak!

"Bukan begitu maksud-"

"Hya, Shin Jeonkook!" kali ini Sohyun beralih pada Jeonkook yang sejak tadi diam. "Apa kau tidak merasa kalau kau sangat munafik?"

"Apa maksudmu, Noona?"

"Masih berlagak bodoh? Wah, ternyata kau sangat licik," Sohyun mengibaskan rambutnya ke belakang. "Apa kau ingat kau pernah menemuiku dan memintaku menjaga Taehyung dan membantunya menjadi  pria normal lagi? Tapi kau malah menjilat ludahmu sendiri!"

"Aku tidak bermaksud menemui Hyeong. Aku benar-benar tidak sengaja."

"Anggap saja seperti itu dan bicaralah semaumu," Sohyun melirik ponselnya. Masih ada sisa waktu satu menit. "Ah ya, Lee Taehyung-ssi. Kau ingat perjanjian kita sebelum menikah? Kau memberiku tiga permintaan. Aku telah menggunakannya satu, lalu permintaan kedua aku ingin memiliki anak darimu meski kau menolak."

Taehyung paham ke mana arah pembicaraan Sohyun. Ia menyesal mengapa dulu memberi Sohyun tiga permintaan.

"Jangan lakukan itu, Sohyun-ah. Kumohon."

"Janji tetaplah janji," Sohyun mematikan timer di ponselnya tepat pada menit kelima. "Permintaan ketiga dan terakhir."

"Aku mencintaimu. Tolong beri aku kesempatan untuk membuktikannya," Taehyung terus memohon. Dia tidak akan menyerah. Dia tidak mau kehilangan Sohyun.

"Aku ingin bercerai darimu dan jangan pernah mengganggu hidupku lagi."

Taehyung menunduk. Tanpa bisa ditahan, sebulir bening menetes di pipinya. Dia benar-benar kehilangan Sohyun.

"Semoga kalian bahagia," Sohyun berdiri dan bergegas keluar dari ruangannya. Bukan menuju ruang rapat karena sebenarnya tidak ada rapat apa pun hari ini. Dia justru pergi ke rooftop yang sepi. Di jam seperti ini semua karyawan pasti sedang bekerja dan tidak mungkin ada yang bersantai di sana.

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang