Barter.

1K 203 76
                                    

"Apa kau bahagia, Sohyun-ah?"

Satu pertanyaan dari Namjoon membuat tangan Sohyun berhenti bergerak membersihkan make up di wajahnya. Pemotretannya selesai lima menit yang lalu dan dia tidak memiliki jadwal lain setelah ini. Dia tidak ingin pulang ke rumah karena tidak mau mati bosan. Apalagi Jeonkook masih menghunuskan tatapan permusuhan padanya sejak kemarin. Mungkin setelah ini ia akan mengajak Namjoon menonton film atau makan di kafe.

"Tentu saja aku bahagia. Oppa aneh sekali bertanya seperti itu."

Namjoon tahu Sohyun bohong. Ia telah lama menjadi manajer wanita itu. Ia tahu persis bahwa Sohyun adalah orang yang sangat pandai berpura-pura kuat dan seakan tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Padahal bagi Namjoon, Sohyun seperti kaktus. Terlihat kuat dari luar namun tetap membutuhkan air untuk hidup. Sohyun terlihat luar biasa dan mengagumkan. Gambaran wanita tangguh dan cerdas. Tapi jauh dalam lubuk hati Sohyun, wanita itu membutuhkan perhatian yang tidak pernah didapatkan dari keluarganya selama ini.

"Apa Lee Taehyung memperlakukanmu dengan baik?"

"Dia baik. Meski terlihat angkuh, tapi dia sangat perhatian padaku. Dia bahkan tahu apa menu sarapanku dan juga produk kecantikan yang aku pakai."

Sekali pun Lee Taehyung bersikap kasar atau melakukan hal buruk, Sohyun tidak akan memberitahunya. Namjoon yakin itu. Karena Sohyun tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain.

"Jika kau tidak bahagia, beritahu aku ya."

Sohyun menghadapkan badannya ke arah Namjoon yang sejak tadi berdiri di belakangnya lalu tersenyum menggoda. "Jika aku tidak bahagia dengan suamiku, apa kau akan memberi kebahagiaan untukku?"

"Hm. Akan kupastikan kau bahagia," tidak ada keraguan dalam diri Namjoon saat mengatakan hal itu.

"Wah ... aku tiba-tiba saja berdebar," Sohyun tertawa kecil dan kembali menghapus sisa make up-nya. "Baiklah. Jika aku tidak bahagia dengan suamiku, aku akan selingkuh denganmu. Sepertinya itu ide bagus."

Candaan yang Sohyun lontarkan membuat Namjoon tersenyum. Selain mahir berpura-pura kuat, Sohyun adalah wanita yang blak-blakan. Dia akan mengatakan apa yang dia pikirkan dan sering kali mengabaikan perasaan orang lain. Tapi bagi Namjoon, hal itu adalah daya tarik tersendiri. Sohyun berbeda dari kebanyakan wanita di luar sana.

"Oppa, bisa belikan aku jus jambu? Aku haus."

"Baiklah, tunggu di sini. Jangan ke mana-mana."

"Memangnya aku mau pergi ke mana? Oppa seperti seorang ayah yang menyuruh putri kecilnya untuk menunggu."

Namjoon mengacak rambut Sohyun gemas. "Kau memang tuan putri kecil."

Tidak ingin berdebat dengan Sohyun, Namjoon segera pergi membeli apa yang Sohyun inginkan. Jam di pergelangan tangan kirinya menunjukkan waktu pukul empat sore. Mungkin setelah ini ia akan mengajak Sohyun jalan-jalan. Itu pun jika wanita yang diam-diam ia cintai bersedia pergi dengannya.

Sementara itu Sohyun yang telah selesai menghapus make up di wajahnya segera mengikat rambut panjangnya yang tadi terurai. Dia juga ingin segera ganti baju agar nanti ketika Namjoon kembali, ia bisa langsung mengajak manajernya itu untuk pergi menonton film.

"Senang karena telah menjadi Nyonya Lee?"

Melalui pantulan cermin di depannya, Sohyun melihat Jimin sedang berdiri di depan pintu dengan bersedekap dada. Kakak kandung yang sayangnya ia benci itu menatapnya dengan sorot kebencian meski bibirnya tersenyum.

"Jika kau tidak ada kepentingan sebaiknya pergi!" usir Sohyun. Dia malas melihat wajah sang kakak yang membuatnya begitu muak. "Aku sangat sibuk."

Bukannya pergi, Jimin justru melangkah masuk. Mustahil jika dia pergi begitu saja tanpa membawa apa-apa.

Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang