Telinga Taehyung berdengung nyaring. Perlahan kesadaran mulai menariknya untuk membuka mata. Dengan pandangan kabur, ia menatap langit-langit ruangan yang putih. Mengedarkan netranya menelisik ruangan di mana ia berada saat ini.
"Hyeong."
Taehyung menoleh saat Jeonkook muncul. Pemuda itu segera memencet tombol di samping ranjang untuk memanggil dokter.
"Hyeong sudah sadar? Hyeong baik-baik saja kan? Ada yang sakit?"
"Istriku ..." bisik Taehyung tak kuasa menahan laju air mata setelah ia berhasil mengingat apa yang terjadi. "Di mana istriku, Jeon?"
Jeonkook membuka mulutnya namun kembali mengatupkannya rapat-rapat saat ia merasa tidak menemukan jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan sang kakak. Beruntungnya dokter dan suster datang untuk mengecek kondisi Taehyung.
"Jeon, istriku di mana?" kehadiran dokter dan suster tidak membuat pertanyaan Taehyung berhenti. Ia tidak menyerah untuk mengetahui di mana sang istri sekarang.
"Sebaiknya Tuan Lee jangan terlalu banyak pikiran. Apalagi kondisi tubuh Tuan Lee jauh dari kata baik-baik saja. Setelah ini kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengecek apakah ada masalah dengan kepala Tuan."
Setelah dokter dan perawat itu berpamitan pada Taehyung dan Jeonkook, tinggallah mereka berdua di sana.
"Aku hanya mimpi kan, Jeon?" tanya Taehyung tiba-tiba. "Apa yang aku lihat semalam ... kejadian mengerikan itu ... hanya mimpi kan?"
"Hyeong tenang dulu. Polisi masih menyelidiki kasus ini dan ... status Jin Hyeong sekarang buron."
Taehyung memejamkan mata. Air matanya berjatuhan semakin cepat tanpa jeda. Bayangan saat mobil itu jatuh ke jurang dan meledak tergambar sangat nyata dalam ingatannya. Di mana sang istri ada di dalam sana.
"Dia tidak pernah menyesal menikah denganku Jeon," isakan Taehyung mulai terdengar. Sangat pilu. Bahkan Jeonkook yang mendengarnya merasakan sesak yang luar biasa. "Setelah apa yang aku lakukan, setelah aku menyakitinya berulang kali, dia tidak menyesal pernah menikah denganku."
Taehyung berteriak pada Tuhan dalam hati. Mengapa kisahnya dengan Sohyun semenyedihkan ini? Apakah ini hukuman atas dosanya di masa lalu? Jika iya, mengapa bukan dirinya yang dihukum? Mengapa justru Sohyun yang harus menanggung semua rasa sakit dan penderitaan itu?
"Mobil itu jatuh ke jurang, Jeon. Dan Sohyunku ada di dalam sana. Sohyunku ... ada di dalam sana," suara Taehyung semakin lirih. Kalah oleh suara tangis kesakitannya.
"Aku tidak bisa menolongnya, Jeon. Aku tidak bisa menyelamatkannya dari mobil sialan itu!"
Melihat Taehyung yang semakin histeris, Jeonkook mengepalkan kedua tangannya, mengumpulkan keberanian dirinya untuk menghampiri Taehyung dan memeluk pria itu.
"Mobil itu meledak, Jeon! Istriku ada di dalam sana! Dia masih di sana!"
"Hyeong, tolong tenangkan dirimu. Semua akan baik-baik saja. Percayalah."
"Apa yang kau maksud baik-baik saja? Bagaimana semua akan baik-baik saja sementara istriku ada di dalam mobil yang meledak itu?"
Jeonkook menyerah. Dia kehabisan kata-kata untuk menenangkan sang kakak. Pada akhirnya dia memilih diam dan mendengarkan Taehyung menangis sambil memuntahkan segala rasa sakit yang dirasakan.
Namun Jeonkook terus berharap dalam hati semoga ada kabar baik yang dibawa oleh polisi. Jika memang mobil itu meledak dan Sohyun tidak bisa diselamatkan, ia harap setidaknya tubuh Sohyun masih bisa dikenali. Agar ada yang masih bisa Taehyung kenang dari wanita itu.
***
Berita tentang penculikan dan kecelakaan yang dialami oleh Lee Sohyun menghebohkan Korea. Seminggu telah berlalu namun tubuh istri dari pria kaya raya itu hingga detik ini belum ditemukan. Selain itu Lee Seok Jin juga masih berstatus buron. Polisi telah mengeluarkan surat perintah penangkapan dan seluruh akses keberangkatan ke luar negeri diperketat untuk mencegah Seok Jin kabur.
Taehyung sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin sore. Pria itu duduk di kursi roda dan enggan berbicara dengan siapa pun. Hanya sesekali ia menanggapi pertanyaan Jeonkook dan sang ibu, namun ia lebih banyak mengabaikannya.
Taehyung menatap kolam renang yang ada di depannya. Air dalam kolam itu tampak tenang, berbeda jauh dengan hati Taehyung yang selalu gelisah dan penuh ketakutan.
Ia takut kehilangan Sohyun.
Ia takut kali ini Tuhan benar-benar mengambil wanita itu darinya.
Andai saja Taehyung lebih peka, andai dia tahu lebih awal bahwa Seok Jin membencinya. Jika Taehyung mengetahui itu semua, dia akan menjauhkan Sohyun dari sepupu bengisnya itu.
Taehyung menatap jari manis kirinya di mana ada cincin pernikahan yang melingkar di sana. Cincin pernikahannya dengan Sohyun. Tanpa terasa, sama seperti hari-hari sebelumnya, Taehyung kembali menangis. Rasa takutnya sekarang sangat besar. Jauh lebih besar dari hari-hari sebelumnya. Dia sungguh me6rindukan sang istri. Sangat rindu. Taehyung rela menukar apa saja yang ia miliki demi bisa melihat istrinya kembali.
Sungguh.
"Lee Taehyung."
Taehyung menoleh tanpa minat. Seorang pria bermarga Hwang yang tidak lain adalah sang kakak ipar mendekat ke arahnya dengan sebelah tangan tenggelam di dalam saku celana.
"Aku mencarimu. Ternyata kau di sini."
Taehyung membuang muka. Memilih asyik menatap air kolam daripada harus melihat wajah Hwang Jimin. Bagaimana pun juga pria ini adalah salah satu orang yang sangat ingin menyakiti dan menyingkirkan sang istri.
"Dulu, aku sangat ingin Sohyun menghilang dari dunia ini," Jimin terkekeh. Ia ikut menatap air yang tenang dalam kolam. "Setiap kali aku marah pada ayah kami karena lebih menyayangi Sohyun, aku selalu berdoa keras semoga Tuhan membuat gadis menyebalkan itu hilang dari pandangan mataku."
Meski ada percikan amarah dalam hati Taehyung, namun pria itu memilih untuk tidak bersuara.
"Aku selalu menganggap bahwa Sohyun adalah ancaman untukku. Dia jauh lebih muda dariku tapi dia sangat cerdas dan jauh lebih teliti dibandingkan aku. Dari sana, aku khawatir suatu hari nanti Sohyun akan merebut posisiku sebagai putra pertama keluarga Hwang dan ... semua hal yang aku takutkan terjadi. Ayah kami mewariskan perusahaan untuk Sohyun."
Jimin bersandar pada tiang di sebelahnya. Dengan mata beralih fokus pada Taehyung.
"Aku bahkan berencana membunuh istrimu itu."
Kali ini Taehyung tidak hanya diam. Ia bereaksi, menatap Jimin nyalang dengan rahang mengatup keras.
"Tapi rencana itu hancur seketika. Saat istrimu mengirim hadiah ulang tahun untuk istriku dan mengirim beberapa makanan favorit kami," Jimin tertawa hambar. Ia ingat betul hari itu di mana hati dan logikanya saling beradu pendapat dalam kepalanya. "Sohyun tahu aku dan istriku sangat membencinya. Tapi dia masih mengingat hal-hal kecil tentang kami."
Hening melanda keduanya untuk waktu yang cukup lama. Jimin yang sibuk mengingat kebaikan-kebaikan kecil Sohyun yang terlewat dan Taehyung yang terus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Sohyun.
"Hya, Lee Taehyung," panggil Jimin dengan nada bicara dibuat lebih serius. "Jika keajaiban benar-benar ada dan suatu hari nanti Sohyun kembali, tolong jaga dia baik-baik. Karena sebagai seorang kakak, aku tidak pernah menjaganya dan tidak pernah peduli padanya."
Sayangnya hingga dua bulan telah berlalu sejak Jimin mengatakan itu ... Sohyun belum juga ditemukan.
***
Akhirnya lapak ini nggak berdebu lagi 🤗🤗🤗🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan
Fanfiction"Aku dan kamu adalah dua ganjil yang tidak bisa menggenapkan. Adalah dua kata yang tidak bisa menjadi kita." -Lee Taehyung, 2020. START: 25 Juni 2020.