Bab 16

51 24 5
                                    

-Bab 16 MadSya-

Hari itu kami menang. Hari itu kami memperingati dengan sukacita. Tapi semesta berkata lain. Hari itu menjadi hari terluka dalam sejarah kami.
(BlackDark)

-Bab 16 MadSya-


Tragedi 367

Tanggal 03 Juni 2019 pukul 19 : 00 menjadi saksi paling memilukan bagi anggota BlackDark. Tanggal yang seharusnya menjadi peringatan hari jadi geng mereka, berubah menjadi hari peringatan tragedi 367.

Diawali karena ekspektasi kemenangan, diakhiri dengan realita sedih yang berkepanjangan. Diawali sorak pemburu, diakhiri anggukan lesu.

Seperti kadang kejamnya dunia, tak memberi penghuninya kelebihan tertawa. Sedih dan bahagia, dua komposisi yang saling berdampingan.

Kemenangan dan kekalahan, dua kata yang berlawanan tapi saling berdampingan. Mereka kira semuanya bakal seperti semula, tapi nyatanya akhir pertemuan itu membuat cerita luka di hati mereka semua.

Beberapa anak muda berjaket hitam motif air terjun berlari tunggang-langgang saling berkejaran memburu musuh yang baru saja mengganggu waktu santai mereka.

"WOY-WOY-WOY!"

"WOY JANGAN KABUR!"

"UMANAH BUKAH. KESAH JAGAU!"

"KEJAR-KEJAR!"

Hingga beberapa dari mereka memasuki gang-gang kecil bersorak-sorak menciutkan nyali musuh yang sudah berlalu mendahului mereka.

Anggota yang berpencar mengejar musuh itu membuahkan hasil. Mereka saling baku hantam di dekat gedung Balai Kota Banjarbaru hingga menyeberang ke Lapangan Murjani.

Menyeberang tanpa mengindahkan teriakan kesal dari pemotor yang terpaksa berhenti karena ulah mereka semua. Klakson mobil dan teriakan para penguasa jalanan tak mereka pedulikan.

Mereka saling adu jotos dengan keadaan lalu lintas yang lagi padat-padatnya. Ada yang mencoba meninggalkan karena tak ingin keselamatannya terancam, ada juga yang malah menepi duduk di trotoar sembari memperhatikan kedua kubu yang mempunyai ciri pakaian berbeda.

Satu kubu berjaket kulit dengan motif air terjun di punggung. Satunya lagi berjaket cokelat bermotif busur panah. Sorak gemuruh dari pinggir lapangan semakin membuat mereka saling menyerang, menendang, hingga tak segan-segan saling kroyokan.

"WOY CURANG!"

"NGGAK ADA BATAS PERMAINAN GENG ITEM!"

"AWAS YA LO!"

Dari banyaknya pemuda yang terlibat, seorang laki-laki dengan handband hitam menutupi sebelah mukanya mundur perlahan. Perasaan tak enak hadir di lubuk hatinya.

"Kenapa ngab?"

Syafi'i menggeleng pelan. Hatinya benar-benar gusar. Belum lagi penyerangan ini dilakukan secara tiba-tiba, membuat kawan-kawannya tak mempunyai tenaga optimal.

Namun hanya beberapa langkah mundur, ia diserang dengan balok kayu membuatnya mau tak mau harus kembali menuntaskan pertikaian tak seimbang ini.

"Jangan coba-coba kabur, Fi'i. Kita genting."

Mengabaikan perasaan tak enak itu, pemuda tinggi itu merebut paksa balok kayu dari tangan musuh hingga menimbulkan luka robek cukup serius.

"WOY LO CURANG!"

"Kalian yang mulai! Kami hanya bermain," ucap santai Syafi'i. Alisnya terangkat menantang siapa saja menjadi lawannya. Seseorang yang dianggap beban oleh anggota lain, tapi bagi BlackDark sendiri Syafi'i anggota paling penting setelah Ardi. Tak dikenal, bukan berarti tak berarti.

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang