-Bab 3 MadSya-
Jangan menjadi anjing yang suka menggonggong hingga dirinya dipermainkan. Tapi jadilah seperti singa yang diamnya saja ditakuti, apalagi aumannya.
(Maryam367)-Bab 3 MadSya-
Sore Selasa, Shofia selesai melaksanakan ektrakurikuler silat bersama teman-teman sesekolahan. Namun ia hanya sendirian, karena Maria lebih memilih ikut ektrakurikuler musik kesukaannya. Alhasil, mereka tak bisa bersama lagi jika pelajaran sekolah sudah usai.
Ekstrakurikuler silat dilaksanakan setiap 3 hari seminggu, dari hari Selasa, Jum'at dan Sabtu. Sedangkan Ekstrakurikuler musik dilaksanakan 2 hari dalam seminggu, Rabu dan Sabtu.
Ia menyimpan seragam silat yang baru saja dilepasnya ke dalam loker. Kebetulan, lokernya berada di ruangan Osis, sebuah fasilitas yang disediakan untuknya karena dia termasuk anggota osis yang menjabat sebagai wakil.
"Kapan bawa buku ini ya? Kayak penampungan sampah aja," Ia bergumam pelan mendapati loket yang sesak dengan buku-buku tak terpakai.
Pintu ruangan itu sedikit berbunyi saat Filza membukanya perlahan, ia menyembulkan kepala di baliknya. "Shof, kamu pulang sama aku?" tanyanya memastikan.
Shofia menutup pintu loker. "Nggak usah, Kak. Aku pulang sendiri aja. Kakak 'kan masih ada jadwal latihan."
"Oo, nggak papa kalau aku batalin latihannya." Ia membuka lebar pintu dan bersandar di sana. Tangan kanannya menyugar rambut yang basah dengan keringat. Anak silat memang tak bisa dipisahkan dengan air badan yang satu itu. Tapi untungnya bau badan dapat dinetralisir dengan deodorant.
Gadis yang sudah menyampirkan tas salempang ini kemudian mendekati Filza. Ia tersenyum ramah. "Nggak usah Kak, lagian aku sekalian ada yang mau dicari. Aku pamit dulu." Shofia berlalu dari hadapan Filza.
Filza menatap datar kepergian Shofia. "Kayaknya lo nggak ngerti," ungkap Filza hambar. Ia memegang dadanya yang berdetak kecewa.
Sepeninggal Shofia, Filza kembali pada lapangan basket dan meneruskan pelatihannya tanpa rasa semangat.
Shofia berjalan menyusuri trotoar yang padat dengan pedagang kaki lima. Hingga tiba di satu belokan menuju rumahnya, tiga orang berseragam SMA Bakti Bangsa menghadangnya.
"Cantik, kok baru pulang? Habis menye-menye yah? Ih, tante!"
"Genit deh!" balas yang lainnya.
Shofia menyorot tajam seolah memberi peringatan atas ucapan senonoh anak SMA tetangganya itu.
Di antara mereka ada yang membuka seragamnya, refleks Shofia menutup muka dan menunduk.
"Ceileh, malu-malu, ngode 'kah? Gue cuma buka baju. Nggak ngapa-ngapain, kecuali kalau lo mau, hahaha, ya nggak?" tanyanya.
"Hahaha, gas!"
"Aku mau lewat," ucap Shofia sambil memberanikan diri menatap lawan bicaranya. Lelaki yang melepas seragam tadi melingkarkannya di pinggang, hingga perutnya terlihat kecil.
"Seileh, ditanya baru pulang malah nge-les," ejek Adlani, cowok berseragam terbuka yang menampakkan kaos hitam di dalamnya.
"Aku nggak ada urusan sama kalian."
Reno maju untuk lebih dekat dengan Shofia, tapi belum itu terjadi Shofia sudah ditarik paksa oleh seseorang dari belakang.
"Eeeh!" kagetnya. Ia sudah berada satu meter dari tubuh seseorang yang menjauhkannya dari 3 orang badung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...