-Bab 13 MadSya-
Maaf Fia, jika tindakanku mengganggu kamu. Tapi setidaknya aku ingin melapangkan hati walau cuma sedikit.
(Muhammad Syafi'i)-Bab 13 MadSya-
Cerialah Bidadariku
Dua tahun aku mencari sosok pengisi hati. Agar aku tau apa itu cinta.
Seperti ikan yang tak lelah berenang, aku mengembara di tanah manusia dengan keangkuhan.
Buaya berbentuk manusia adalah aku, Fia.
Beratus masa jahiliyah aku nikmati.
Tapi setelah mengenal gadis sebaik kamu, hatiku tertahan dan memilih bertahan dengan satu orang, yaitu kamu.
Perlahan, aku meninggalkan kebiasaanku.
Pilihanku semakin menjadi-jadi saat kamu hanya memperlihatkan wajah ceria walau sebenarnya kamu itu tak cantik.
Maaf karena aku jujur, kamu tidak marah kan?
Kamu hanya tersenyum kepada anggota upacara saat penyambutan Osis baru tahun lalu, tapi rasanya kamu tersenyum kepadaku. Hanya kepadaku.
Aku menghangat di tempat, walau sebenarnya aku tau aku tak bisa berdiri bersamamu.
Hai ... bagaimana kabar hari ini?
Aku masih sama, masih berada di belakangmu.
Tak lain, aku hanya pengagum yang bersembunyi dari keramaian.
Tetap jadi Fia-ku yang ceria.
Nanti kalau aku sudah siap, aku akan datang kepadamu dengan seutas janji suci.
Untuk saat ini, seperti ini dulu. Menatap jauh, tanpa sapa dan tak bisa mengutarakan rasa.
Kamu merubah hidupku, Fia.
Makasih banyak. Walaupun kita tak pernah bersapa bahkan kamu mungkin tak mengenalku.
Tetap jadi kebanggan sekolah, dan tetap jadi orang yang ceria.
Aku mencintaimu sampai waktu memutuskan rasa.Dari Pengagummu yang masih di sini.
Filza meremas kuat kertas yang baru saja ia temukan di atas meja Osis. "Siapa yang berani masuk ke sini tanpa izin?" Iris cokelat jernih itu menyapu tiap sudut ruangan berharap pengirim masih ada di sana. Nihil! Tak ada siapapun selain dirinya. Siapa yang mengirimi wakilnya surat seperti ini? Surat cinta, surat dari pengagum gadis yang dia sukai.
Ia meneliti setiap inci tulisan rapih milik seseorang itu, tapi pemiliknya tak meninggalkan jejak yang bisa untuk diselidiki. Seseorang pengagum akan bersembunyi serapat-rapatnya jika sudah menampakkan perasaannya.
"Siapa sih?"
Filza kembali membaca surat yang sudah lusuh karena cengkramannya yang kuat. Deru napasnya memberat, gejolak senyawa berbentuk zat api membakar perutnya di bawah sana, ia tidak suka perasaan seperti ini. Gejolak api tak kasat mata itu dinamakan cemburu.
Mengetatkan rahang, pikirannya kian bekerja dua kali lebih extra untuk praduga-praduga yang bermunculan. Ia harus mencari siapa dalang dari surat ini. Jangan sampai dirinya kecolongan start memiliki Shofia dari orang ini.
"Kak ... Kakak manggil Shofia?" tanya Shofia sembari menggeser pintu yang sedikit terbuka agar lebih lebar.
Filza menurunkan kertas ke sisi paha belakang, mencoba menyembunyikannya dari sang empu. "Eh Shof, udah datang rupanya. Mana anak-anak, kita sebentar lagi rapat loh."
Shofia memicingkan mata ke arah tangan yang ada di paha Filza. Ia tersenyum jahil dan terus beranjak mendekati Filza. "Eh, Kakak dapat surat cinta yaaaaa?" tebaknya asal.
"En-enggak."
"Habis tu, kertas apaan itu? Kok disembunyiin dari aku?pasti surat dari perempuan 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...