-Bab 10 MadSya-
Sedekah di jalan Allah itu dapat menolak 70 bala musibah dan bencana yang paling ringan di antaranya ialah menolak penyakit kusta dan sopak.
(Al-Hadist)Hidupnya begitu tertutup, sulit untuk disentuh siapa pun. Sulit ditebak dan selalu bikin orang lain terkejut.
(MadSya)-Bab 10 MadSya-
Sore Kamis Shofia mengunjungi teman-temannya yang tak lain adalah anak jalanan. Meskipun ia bukan termasuk golongan mereka, Shofia tak sungkan ikut duduk di trotoar jalan sambil mengamati suasana sekitar. Anak-anak yang baru saja ia temui satu tahun lalu, kini tak sungkan jika Shofia datang dan bermain bersama mereka semua. Shofia senang bersama mereka, membagi cerita tentang sekolah dan belajar menyukuri keadaannya sebagai anak yang disayangi ayahnya walaupun dalam kondisi masyarakat standar ke bawah, miskin.
Mereka pun menjadi semangat ingin bersekolah dengan cerita-cerita bangku sekolah yang Shofia bicarakan. Terlebih lagi ia bagian penting dari sekolah, Wakil Osis.
Senyum tulus yang mereka berikan mampu membuat Shofia iba dan lupa bahwa dirinya juga termasuk orang miskin di Kota Banjarbaru. Senyum dengan penuh cita-cita itu terus terukir hingga Shofia tak mampu selain mendoakan mereka supaya mendapat kemudahan dalam menduduki bangku sekolah.
Di sisi kiri Shofia ada Adam, anak kecil berumur 9 tahun, Riza 10 tahun, Ilyas 13 tahun. Adapun sisi kanannya di tempati beberapa anak perempuan, Zahira 12 tahun, Atqia 10 tahun, dan Mardia 12 tahun. Satu lagi berduduk tak jauh dari mereka, Safar. Lelaki 17 tahun itu tampak tersenyum samar dengan cerita-cerita yang Shofia bawakan.
Nasibnya tak kentara dalam menganyam pendidikan hanya bisa menghayal jika suatu saat nanti bisa seperti Shofia, dapat menceritakan pengalamannya kepada orang lain. Itu lebih dari cukup bagi Safar.
Dari mereka Shofia belajar bahagia tak selalu tentang harta, jika harta tolak ukur bahagia. Maka si miskin lah yang paling menderita. Makhluk bumi bernama si miskin itu kerap kali terus membersamai manusia, dari tipe manusia sabar hingga manusia sukar syukur.
Miskin tak menjamin hina, kaya tak menjamin mulia. Namun jika keduanya di benteng iman dan takwa kepada-Nya, niscaya surgalah tempat terbaiknya.
Shofia memberikan sekeranjang nasi kuning yang diambilnya di warung ayahnya. Warung nasi yang buka dari sore hingga sebelum maghrib, di karenakan bulan puasa telah tiba. Jika di bulan-bulan lainnya, warung nasi kuning Malik itu buka dari jam 8 hingga jam makan siang.
"Kak Safar hari ini puasa?" tanya Shofia tak sungkan. Karena Safar pernah menjadi kakak kelasnya dulu waktu di SMP.
Safar mengangguk di iringi senyuman. "Nanti dimakan ya Kak, bersama adik-adik."
Sekali lagi dari tempat duduknya Safar hanya memberikan senyuman kecil. Ia mengalihkan pandang pada gerobak tempat teman-temannya berteduh. Jika hujan lebat mendera, mereka akan kebasahan. Dunia tak berpihak kepadanya.
Dikata Banjarbaru kejam? Tidak. Buktinya masih ada yang peduli pada mereka, walaupun tak memberi tempat layak tinggal. Mereka semua anak-anak yang ditinggal orangtuanya dan sering berpindah-pindah.
"Kalau kamu, hari puasa atau nggak?" Shofia menoel Zahira.
Gadis berikat rambut dua itu memanyunkan bibir. "2 hari nggak makan ka, ngapain nggak puasa kalau nggak ada makanan juga?"
Ungkapan jujur itu sempat membuat Shofia menutup mulut karena terkejut. Hatinya kembali terenyuh dengan nasib teman-temannya ini. Ya! Dia ingin sekali membantu mereka setiap hari, tapi ekonominya pun pas-pasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...