Bab 24

44 18 13
                                    


Di UKS

Shofia duduk di atas brangkar dengan kedua tangan bertumpu pada bantal yang ia letakkan di paha. Merasa bosan memainkan HPya, ia mencoba menggerak-gerakkan kaki kirinya yang sempat dipijit abal-abal oleh Vania, tapi sayangnya ia malah kesakitan meski sudah diberi obat penahan sakit.

Karena tubuhnya yang tinggi, Shofia menegakkan punggung sebentar, lalu merunduk untuk meraih ujung kaki, ia ingin memijitnya untuk mengurangi rasa sakit yang mendera.

Gadis berkerudung putih polos ini sempat meminta bantuan kepada Vania untuk mencarikan tukang urut. Tapi ternyata Vania sama sekali tidak tahu harus kemana. Alhasil, Shofia hanya bisa menunggu dokter terdekat datang ke sekolahan.

Belum ia mengelus kaki yang tertutup kaos. Sebuah tangan menghalanginya. "Biar aku yang benerin keseleonya." Shofia lantas menghentikan gerak tubuhnya dan mengerjap beberapa kali. Tangannya masih menggantung di udara, seakan perkataan orang itu membekukan aktivitas Shofia.

Sedetik setelahnya Shofia berdehem kecil. Ia membuang muka ke arah berlawanan menghindari wajah seseorang yang sempat membuatnya risau belakangan ini. "Nggak usah Kak."

Syafi'i tak mengacuhkan larangan Shofia. Ia mulai meletakkan tangan untuk memijit perlahan kaki yang membengkak itu, berharap kaki gadisnya segera sembuh. Tapi respon Shofia berbeda, ia malah menarik paksa kedua kakinya hingga tubuh gadis itu berjinjit sakit.

"Aa-aww! Astaghfirullah." Ia membuang muka ke samping lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca karena nyeri yang tadinya sedikit reda kembali menggelayuti kaki kirinya.

Sontak Syafi'i memegang bahu Shofia. Tapi setelah sadar apa yang ia lakukan, ia malah mundur dua langkah. "M-maaf, maaf nggak sengaja."

Shofia menunduk, kesal, malu, takut menjadi satu memporak-poranda perasaannya. Ia memutar ingatan yang terjadi beberapa saat tadi. Lelaki yang bersamanya ini ingin membantu meluruskan kakinya dan tak sengaja memegang bahunya. "Mending Kakak keluar," seluruhnya datar.

"Tapi kalau dibiarin kaki kamu bakal makin bengkak. Aku bisa ngurut dikit-dikit."

Shofia mengusap ujung mata dan menatap Syafi'i yang juga menatapnya khawatir. "Tapi aku nggak mau Kak. Malu tau."

"Maaf karena aku dorong kamu, bukan narik kamu pas kejadian itu." Syafi'i menunduk tak ingin lama-lama mereka saling berpandangan.

"Nggak papa. Lagian lebih bagus gitu," jawab Shofia. Ia membenarkan perlahan kakinya yang sempat tertekuk di ranjang UKS. Beberapa desisan kecil lolos dari mulutnya tapi tak urung membuat Syafi'i membantunya untuk kedua kali.

Syafi'i sadar dengan siapa ia berhadapan. Seorang perempuan bernama Shofia yang kesehariannya memakai kerudung, ramah, mampu memahami agama dengan baik dan sering memberi contoh berperilaku baik di sekolahan mereka. "Maaf, nggak sengaja tadi."

Hening beberapa saat, keduanya didera kecanggungan meski sudah sering belakangan ini bertemu. Nyatanya, semua hari-hari mereka tetap seperti biasa, tak ada perubahan baik dari Syafi'i yang menyimpan rasa, atau Shofia yang biasa saja tapi kadang baperan juga.

"Apa perlu aku carikan tukang urut biar kaki kamu cepat sembuh? Obat-obatan mana bisa kalau masalah keseleo. Soalnya di dalam buku lali itu ada urat dan tulang. Bergeser2 salah satu saja bisa menyebabkan bengkak. Kata Ibu kalau nggak segera diurut bakal tambah parah sakitnya. Setelah diurut juga harus diberi parutan kunyit yang sudah dibakar, katanya sih diparung."

Shofia melongo tak percaya. Yang di hadapannya ini Syafi'i si budak HP yang irit bicara itu, apa bukan? Panjang sekali perkataannya dan dia pandai dalam ilmu perkakian. Jangan bilang dia akan masuk kuliah jurusan kaki.

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang