Tanggal 18 Mei 2021Seluruh panitia disibukkan dengan kegiatan mendekor halaman sekolah untuk acara pensi musik yang akan diselenggarakan pada malam pertama sekaligus pembuka acara yang akan berlangsung 3 hari.
Selain menyiapkan acara pementasan musik, mereka juga menyulap aula SMA Trisakti 1 menjadi rumah hantu——untuk mereka yang suka adrenalin.
Semua orang mondar-mandir mengerjakan yang disuruh oleh Filza dan Shofia. Dua orang beralmameter biru tua itu ikut mondar-mandir tak karuan karena banyaknya yang mereka pantau.
"Aku ke halaman dulu buat mastiin."
Shofia tersenyum lalu mengangguk. "Biar aula ini tanggung jawab aku Kak."
Filza ikut tersenyum, bahkan senyum Shofia menular ke beberapa orang yang ada di dekatnya. Semua orang seakan lupa dengan kedudukan Shofia yang hanya anak beasiswa.
Selama mereka bersekolah di sini, bullyan dan anarkisme lainnya memang tak izinkan. Apalagi hal tersebut sangat lumrah menjadikan seseorang pendiam dan penakut.
Setelah kepergian Filza. Seorang yang berdiri tak jauh dari pintu masuk beranjak menghampiri Shofia yang sudah pada tugas awalnya, memperhatikan mereka sekaligus memberi arahan.
"Fia," panggilnya rendah.
Shofia menoleh ke arah kanan. Berjarak satu meter darinya, ada Syafi'i yang berdiri tegak dengan jaket putih menutupi seragam sekolahnya. Ia tak mengacuhkannya.
"Dian tolong lampunya jangan terlalu banyak!" ujar Shofia pada laki-laki yang menaruh beberapa lampu di titik-titik yang sudah bertanda.
"Ya Shof!" sahutnya menyetujui.
Syafi'i menyerngit dahi bingung. Mengapa Shofia tak menyahutnya? Padahal gadis itu tadi menoleh ke arahnya. Ada yang salah dengannya hari ini?
Ia memperhatikan pakaiannya dari ujung sepatu hingga dada. Tak ada perubahan. Ia menarik napas pelan. "Fia, saya mengerjakan bagian mana?"
"Rani, kain hitamnya naikin dikit. Biar nanti kipas angin bisa bekerja lebih baik."
Syafi'i semakin terheran-heran dengan Shofia. Tak biasanya sifat Shofia tak mengacuhkan orang sekitar. Jujur, ia sedikit tak suka dengan sifat baru yang ditunjukkan Shofia kepadanya.
"Shofia," panggilnya lagi.
Shofia menoleh saat panggilan itu kian menusuk pendengarannya. Ia menatap Syafi'i yang balik menatapnya. Ia mengerjap lalu membuang muka takut. Detik selanjutnya Shofia malah mendekati Vania yang menyusun beberapa pernak-pernik tengkorak. Ditatap Syafi'i seperti itu membuat jantungnya mati rasa.
Menghela napas pelan, kanapa dia mendiamkan saya? batin Syafi'i. Ia memilih menepi dari keramaian itu. Andai saja bukan ajakan Shofia tempo hari, maka ia tak akan di sini. Sendirian di tengah keramaian itu tidaklah enak.
Tapi kenapa seolah Shofia menjauhinya, apa kesalahannya? Mengapa Shofia mendiamkannya? Lalu, untuk apa tempo hari gadis itu memintanya untuk jadi panitia dan gadis itu berjanji untuk mengarahkannya. Tapi sekarang? Gadis itu malah menjauhinya.
Syafi'i sedari tadi hanya diam di sudut aula sembari memfokuskan pandangannya pada Shofia yang sibuk menyuruh anggota panitia lainnya menyiapkan ini dan itu.
Ia menghela napas pelan. Apa karena keputusannya tidak menemui Shofia 4 hari lalu, Shofia bersikap tak acuh dan mendiamkannya?
Sebenarnya tak apa Shofia mendiamkannya. Tapi untuk sekarang mereka semua sedang disibukkan dengan berbagai kegiatan, tapi sedikitpun mereka tak memberi tahu Syafi'i harus bagaimana. Syafi'i sedikit terbebani dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...