-Bab 19 MadSya-Orang yang mendoakan saudaranya saat saudaranya tidak ada di hadapan kita. Malaikat berucap padanya, "Bagi kamu seperti itu juga."
(Al-Hadist)Sekejam apapun dia, biasakan memandang mereka dengan kasih sayang. Jangan menyimpan dendam.
(Buya Yahya)-Bab 19 MadSya-
Di kediaman Biantara
Filza turun dari mobilnya dengan membawa satu kresek berisi martabak telur pesanan sang bundanya. Kadang ia heran mengapa ibu kandungnya itu sangat suka martabak telur milik pedagang depan Gang Pertiwi daripada mesan langsung pada restoran? Padahal, bisa saja mereka memesan martabak ala restoran sampai membeli restorannya.
"Bunda, Iza pulang."
Lelaki dengan kaos hitam tergulung setengah siku itu menyisir pandang pada ruang tamu yang tampak kosong. Ia memilih duduk di sofa dan meletakkan martabak itu di atas meja.
Albian Filza Biantara berasal dari keluarga kaya yang terpandang di Banjarbaru, Qusyairi Biantara adalah ayahnya dan Dania Biantara adalah ibunya. Mereka hidup harmonis dengan dikaruniai 2 anak, Albian Hafna Biantara dan Albian Filza Biantara.
Ayahnya menjadi CEO pada perusahaan keluarga besar Biantara company, antaranya pendistribusi air mineral kemasan dan beberapa brand roti yang terkenal di Kalimantan Selatan dan sekitarnya, pelopor resep bread Biantara dan bakery Biantara.
Sedangkan ibunya lebih suka di rumah mengurusi segala keperluan keluarga mereka. Ia kerap melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga meski telah disediakan pembantu oleh suaminya. Berbanding terbalik dengan beberapa ibu-ibu sosialita yang suka arisan dan menyerahkan semua pekerjaan rumah kepada pembantu mereka.
Sifat manja sangat jauh dengan keluarga harmonis ini. Mereka sangat giat dan rutin bercengkrama. Sangat indah sekali rumah tangga mereka. Dari Filza kecil sampai berumur 18 tahun, ia tak pernah mendengar Qusyairi membentak Dania. Tipe suami sabar dan pengertian.
Begitupun sebaliknya, sang istri tak pernah mengeluh dan selalu tampil ceria dan cantik, baik di hadapan anak, suami, teman, keluarga bahkan pembantunya. Wanita 40 tahunan itu sangat periang dan selalu menunjukkan sisi positifnya.
Ditanya bahagia, Filza sangat bersyukur mendapat keluarga penuh cinta ini. Harta banyak, keluarga kompak. Cowok itu tumbuh tanpa pernah mengenal rasa sakit. Cowok itu tumbuh dari kalangan penuh cinta. Cowok itu tumbuh dan tak pernah tau rasanya ditinggalkan oleh keluarga.
Dibanding dengan Shofia yang tak mempunyai ibu? Dibanding dengan Syafi'i yang tak mempunyai bapak? Filza mempunyai dua-duanya.
Filza melepas sepatunya dan menselonjorkan kaki ke samping, ia memijitnya pelan sambil memikirkan agendanya untuk besok.
"Bundaaaa, martabaknya dataaang!" teriak Hafna antusias. Ia langsung berlari ke arah meja sedang.
"Ya Allah Fna, nggak usah teriak tau. Sakit nih kuping Abang," cetus Filza.
Sang gadis terdakwa hanya melayangkan cengiran. "Maaf ya Bang. Emang gini calon musisi."
"Amin," sahut Dania yang datang bersama dengan Qusyairi. "Wih, martabaknya udah datang ternyata."
"Iya dong, anak bundaaa!" teriak Filza diiringi tawa kencang.
"Pede!" sergah Hafna tak suka. "Kecilin suara Abang, nggak baik bicara tinggi di depan orang tua."
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...