Bab 33

36 13 14
                                    

Shofia duduk bersandar sembari memegangi kepalanya yang sakit, menghantamkan kepada dinding hingga berbunyi khas orang memukul kayu.

"S-sakit," lirihnya sembari memejamkan mata. Keringat dingin bercucuran membentuk sungai dari atas dahinya.

Tuk-tuk-tuk

Dengan cara ini, sakit di bagian kepalanya sedikit berkurang walaupun caranya menyakiti bagian luar kepalanya juga salah.  Ia mengambil kerudung segi empat yang biasanya ia jadikan selimut, lalu melipatnya dengan bentuk memanjang. Ia mengikat asal di kepala dan kembali menghantamkan kepalanya ke dinding.

"Sakit." Sudah sering kali ia mengucapkannya tapi tak ada ubahnya rasa yang datang menggerogoti otaknya.

Siang jumat ini, Shofia sendirian karena Malik sedang berada di warung miliknya dan akan melaksanakan ibadah jumatan di masjid terdekat. Shofia kembali merosotkan diri menjadi telentang dan memukul-mukul kepalanya.

Ia menghentikan pergerakannya dan membiarkan rasa sakit dari kepalanya itu meluluh-lantahkan isi pikirannya. Di dalam sana ada lubang hitam yang berputar-putar cepat sampai-sampai jika Shofia membuka mata, perasaan berputar itu hadir di hadapannya. Shofia semakin erat berpegangan seakan dibawa oleh lubang hitam itu dan tubuhnya bergerak gelisah. Ia membuka membuka mata menyipit, merasa kamarnya masih bergerak di pandangannya ia kembali menutupnya rapat-rapat.

Merasa tak enak berbaring, Shofia kembali bersandar dan menghantamkan kepalanya ke dinding lagi seperti yang sudah-sudah. Kejadian ini sering terulang jika Shofia telat makan atau makan dengan porsi sedikit.

Gaungan salawat terdengar nyaring dari masjid terdekat. Shofia berharap Malik datang ke rumah dulu baru ke warung lagi. Ia tak tahu harus meminta tolong ke siapa. Satu hal yang pasti, Shofia tak ingat siapapun untuk saat ini kecuali ayahnya.

Shofia membuka ikatan kerudung itu dan melemparnya ke sembarang arah. Meraih susah payah minyak kayu putih dan mengoleskannya ke bagian belakang leher, perut, dahi, lutut, tangan dan telapak kaki dengan mata terpejam. Hampir semua bagian badan terasa sakit jika bagian kepala yang menderita.

Karena kepala berada di atas, dan di dalamnya ada otak manusia untuk berpikir. Jadilah jika sakit satu bagian, seluruhnya akan merasakan sakit. Ibarat kata, kepala adalah raja dan anggota tubuh lainnya adalah rakyat, jika raja ada masalah, niscaya rakyat pun ikut bermasalah. Tubuh aja punya solidaritas bro.

Malik membuka pintu yang tak dikunci. "Assalamu'alaikum." Ia menutup lagi sembari celingukan mencari penghuni rumah. Merasa tak ada yang menjawab salamnya, Malik kembali menuturkan salam jika tak ada orang yang menyahutnya.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ

Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin.

Artinya:”Semoga keselamatan atas kita, hamba-hamba Allah yang shalih."

Imam As Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Karim Al-Jazari, dari Mujahid, "Apabila kamu masuk ke dalam suatu rumah yang tidak ada orang di dalamnya, maka ucapkanlah salam berikut, Dengan menyebut nama Allah, dan segala puji bagi Allah. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kita dari Tuhan kita, semoga kesejahteraan terlimpah-kan kepada kita dan juga kepada hamba-hamba Allah yang saleh."

Malik beranjak ke kamar untuk melepas pakaian jumatannya. Malik kembali mengenakan baju santai untuk melanjutkan acara berdagangnya.

Samar-samar Malik mendengar suara ketukan dari kamar anaknya. Penasaran dengan apa yang dikerjakan Shofia, Malik melebarkan langkah ke kamar Shofia.

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang