-Bab 5 MadSya-
Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan di saat tidak ada orang yang melihatmu.
(Sayidina Ali bin Abi Thalib)-Bab 5 MadSya-
Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!
Notifikasi dari HP Syafiq berbunyi nyaring hingga sang empu yang masih tidur nyenyak mendengus malas. Dua detik setelahnya ia meraih benda terdakwa untuk segera disenyapkan, namun ia kemudian tidur lagi.
Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!
"Haduh," ucapnya nyaris berbisik. Ia bangun dari posisi telentang dan meraih benda yang sama. "Udah jam 3 aja." Syafiq melirik ke arah Syafi'i yang sudah bangun sedari tadi.
"Kenapa lo nggak bangunin gue? Atau lo matiin ni alarm?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
Syafi'i mengangkat bahu acuh. Ia masih bergeming dengan benda keramatnya. Tiada hari tanpa memainkan benda tersebut.
"Ati-ati keseleo jari lu. Main hape mulu. Kena sindrom hape baru tahu rasa loh!" Syafiq beranjak keluar menuju kamar mandi yang terletak di dapur.
Setelah kepergian saudaranya. Syafi'i meletakkan HPnya dan menggulung kasurnya serta kasur Syafiq. Ia meraih kain persegi panjang bergambar masjid dan berdiri di atasnya.
"Allahu akbar!"
Sebanyak-banyaknya ia meluangkan waktu untuk HPnya. Tak lupa bahwa semua itu akan binasa terkecuali orang-orang yang bisa mengimbanginya dengan amal ibadat untuk akhirat. Jika dibandingkan dengan santri, mungkin Syafi'i hanya dapat menikmati sisa kenyamanan tahajud dari orang-orang yang tenggelam beribadat kepada Allah.
Dia hanya orang biasa yang sudah dibiasakan orangtuanya salat 5 waktu, salat tahajud walaupun dua rakaat, salat dhuha walaupun juga dua rakaat dan salat witir walaupun satu rakaat.
Ia hanya tidak suka jika pandangan akhirat disamakan dengan pandangan dunia 'dilihat' oleh orang lain. Ia akan mengerjakan sesuatu saat sendiri saja jika memungkinkan.
Syafiq datang dengan wajah basah karena wudu. Ia menggeleng pelan saat mendapati Syafi'i masih memainkan HPnya dalam posisi yang sama. "Tahajud jangan lupa. Hape nggak ada jaminan ada di surga."
Syafi'i tak acuh dan memilih berbaring di gundukan kasur. Ia membuka akun IG yang sudah lama terbengkalai. Setelah tau IG Shofia, Syafi'i semakin sering login kepada aplikasi tersebut.
Di lain tempat, Shofia juga sudah melaksanakan salat tahajudnya. Ia kemudian merapikan sajadah dan mukenanya sekalian.
Shofia memilih mengambil HP dan membuka aplikasi IG. Ia membuka beberapa pesan yang masuk, ada dm-dm teman-temannya tapi tak minat membalas, ia hanya membacanya.
Ia mengamati poto profil followers yang baru saja memfollownya. Jam 3 subuh, ngapain nih orang? curiga batinnya. Ia menggeleng pelan untuk mengusir prasangka tidak baik kepada akun yang masih bertanda hijau itu, tanda aktif.
Perempuan bersurai terurai ini mengklik akun tersebut hingga muncul sebuah keterangan pemilik akun. Tidak ada poto atau postingan lain. Yang mengikutinya juga tak banyak, yang ia ikuti pun terbilang sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...