Bab 6

60 26 24
                                    

-Bab 6 MadSya-

Malam Minggu kali ini hujan mengguyur Kota Banjarbaru dan sekitarnya. Seperti biasanya, Syafiq dan Syafi'i bermalam Minggu hanya di rumah. Karena mereka tak seperti remaja kebanyakan yang akan menghabiskan malam Minggu dengan nongkrong atau ngapelin doi. Mereka tak banyak mempunyai teman, atau lebih tepatnya Syafiq tak banyak mempunyai teman. Jangan tanyakan Syafi'i, ia tak mempunyai teman sejak masuk SMA tahun lalu.

"ANGKAT BOLAA!"

"WOY! BARITOOO JAGA!" teriak Syafiq gemas sendiri dengan dua kubu yang baju kuning hitam dan berbaju merah putih.

"BARITO HARUS BERANI!"

Baju kuning hitam yang disebut-sebut di dalam sana tengah terengah sembari menyeka peluh yang mengkilap di wajahnya. Mengawasi bola yang melayang kesana-kesini, mereka berkerja keras membawa nama Barito kepada final yang ada di depan mata jika dapat melumpuhkan Persija Jakarta. Tapi nyatanya mereka ketinggalan satu poin dari Persija Jakarta di babak pertama 45 menit yang lalu.

"OPSINYA BARITO HARUS MENCETAK GOLNYA MINIMAL 01 MENGIMBANGI PERSIJA JAKARTA!"

"Ayolah jagoan, ayolah! Gue udah makai baju Barito buat lo-lo pada untuk malam ini. Ayo Bang Rifki!" Syafiq meracau tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun. Ia sangat mendukung geng kesebelasan Barito yang membawa nama Kalimantan Selatan ke dalam Liga Indonesia ini.

"KARTU KUNING DI ANGKAT OLEH WASIT."

"Biarin! Banyakin aja kartu kuning! Merah sekalian. Dasar wasit, kerjaannya nyari salah orang mulu."

Seruan host dari tv yang menyala menarik Syafi'i kembali ke dunia aslinya sebagai manusia, bukan sebagai orang yang hanya bermain di dalam dunia game. Badan Syafi'i yang meringkuk di sofa sembari memainkan HPnya menengok sebentar.

Di dalam sana, ada lapangan hijau lebar dan panjang bergaris putih, di susul dengan bangku-bangku tersusun banyak. Disisi pojok ada tulisan live.

"MENIT 67 DI BABAK KEDUA SUDAH BERLALU, TANPA RASA LELAH BARITO TETAP MENGOBARKAN GOCEKAN DAN SEMANGATNYA. AYO DUKUNG BARITO DARI RUMAH-RUMAH ANDA, JANGAN BERKERUMUN DAN PATUHI PROTOKOL KESEHATAN."

"MARCO-MARCOOOOOOOO, NOOOOOOOO! MARCO TERLIHAT KESAL KARENA TAK BISA MENCETAK ANGKA UNTUK PERSIJA JAKARTANYA."

"Sukurin-sukurin!"

Syafiq masih setia menontoni serial itu dari sesudah maghrib sampai jam sudah menunjuk pukul 08 : 45. Sudah hampir 2 jam ia di depan tv.

"DAN DIBUANG SAJA SAAT BOLA MENGGANTUNG SEPERTI ITU, APALAGI KONDISINYA SANGAT TIDAK MENDUKUNG. KESABLASAN YANG SANGAT SOLID!"

"Anjir tendangan penjuru!" seru Syafiq tegang.

"TERANGKAT KE TIANG YANG JAUH! TENDANGAN PENJURU TIDAK BERJALAN MULUS UNTUK PERSIJA JAKARTA!"

Syafiq semakin terpaku di tempat duduknya. Ia ikut merasakan hawa tegang di sekitarannya. "Yo Bar, jangan kasih kendor!"

Hingga menit tiap menit telah berlalu dengan ketegangan. Syafiq menoleh ke belakang untuk memastikan Syafi'i juga menonton acara yang sama.

Syafi'i menontonnya tapi sesekali juga ia tetap bergeming dengan gawainya. Sungguh dia memang budak HP.

"Lo bisa yakin Barito bakal menang?" tanya Syafiq basa-basi.

Syafi'i melihat dua kubu kesebelasan yang hilir-mudik mengitari lapangan berumput terpangkas rapi. Ia tak menjawab pertanyaan kembarannya itu.

"MOTA DAPAT KARTU KUNING DI MENIT 86. RIFKI LUAR BIASA PENAMPILANNYA MALAM INI, SEMPAT NAIK, BISA TURUN. SANGAT MENJAGA DAERAHNYA."

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang