Bab 38

38 13 24
                                    

-Bab 38 MadSya-

Kita tak tahu apa yang Allah rencanakan terhadap diri kita. Jika musibah menimpa, kita hanya mampu menahan diri dari memaki takdir-Nya. Tak ada musibah yang paling besar kecuali Allah tahu hamba-Nya mampu melewati itu semua.

(Maryam367)

-Bab 38 MadSya-

Setelah beberapa hari Kota Banjarbaru diguyur hujan, hari ini matahari tampak lebih cerah dengan nuansa langit biru bercampur awan putih tebal. Siang ini sangat panas karena warga sudah mengeluh hujan 3 hari tak berhenti-henti.

Hari ini Shofia mengunjungi anak jalanan dengan bekal nasi kuning 20 bungkus. Sudah lama ia tak mengunjungi mereka setelah hari raya kemarin. Shofia berjalan riang dengan tas kecil menggantung di belakang punggungnya.

Jarak tempuh dari rumahnya pun tak terlalu jauh. Karena itu ia lebih memilih jalan kaki. Lagi pula lumayan irit kalau tak naik ojek. Maklum jiwa miskin.

Sampai di pinggiran jalan tempat biasa anak-anak itu berkumpul. Shofia melambai kepada kerumunan kecil.

"Kak Shofiaaaaaa!"

Seolah dikomando, anak-anak itu langsung berlarian ke arah Shofia. Shofia yang melihat itu tersenyum merekah dan merentangkan tangannya lebar-lebar di udara.

"Kakaaaaaaak!"

Zahira memeluk Shofia disusul beberapa anak perempuan lainnya. Tubuh Shofia menjadi sesak tapi ia bahagia dengan ini semua. Mereka sama-sama tersenyum penuh arti.

Shofia berada di tengah-tengah dengan posisi berjongkok. 5 orang anak perempuan mendekap Shofia dari berbagai sisi.

"Kangen sekali rasanya," celetuk Shofia.

"Kakak apa kabar?" tanya salah satu dari mereka.

"Alhamdulillah, kalau kalian?"

"Baik alhamdullilah!"

"Gantian dong cewek-cewek. Kita juga mau peluk Kakak."

Shofia memicingkan mata ke arah Riza. "Hey, nggak boleh asal pelak-peluk cewek kalau kalian cowok. Nggak boleh tau. Dosa."

"Tapi Kak Safar peluk cewek, apa dosa juga, Kak?" tanya Adam.

Shofia melerai pelukan dan berdiri diantara mereka. Dikelilingi orang-orang lebih rendah darinya jadi merasa sedih karena tinggi sekali tubuhnya. "Tergantung ceweknya masih keluarga atau enggak." Shofia mencubit satu-persatu pipi anak perempuan di sekitarnya. "Gemes sekali kalian."

"Makanya punya pipi tembem Kak biar bisa dicubit-cubit."

"Pipi Kakak mah emang gini-gini aja, Atqia. Pengen sih gendut tapi kagak diizinkan keadaan, ahehehe."

"Ceweknya centil Kak. Aku lebih suka Kak Shofia daripada cewek itu. Pakaiannya aja ketat banget, mana pake kerudung dikesampingkan. 'Kan sama aja bohong berkerudung tapi dada diubar." Anak bernama Adam itu bersedekap dada seolah sangat marah dengan kelakuan Safar.

"Jangan sembarangan ngomong. Didengar orangnya dimarahin baru tau rasa kamu," tegur Shofia. Ia mendudukkan Adam dan mengusap punggung anak itu pelan. "Adam 'kan sudah lumayan gede. Ucapan pun harus dijaga. Benci boleh, menasehati boleh, marah boleh, tapi jangan ngatain."

Di sisi kiri Shofia ada Adam, Riza dan Ilyas. Adapun sisi kanannya di tempati beberapa anak perempuan, ada Zahira, Atqia, dan Mardia. Sedangkan anak-anak lainnya bermain berkelompok-kelompok dengan Safar.

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang