-Bab 18 MadSya-
Ada masanya aku ingin waktu tak cepat berlalu.
Ada masanya aku ingin waktu cepat berlalu.
Ada masanya aku ingin beku dalam waktu.
Ada masanya aku ingin bersegera dengan waktu yang baru.
Jika ini langkah pertama ...
Aku ingin sesuatu ini terkesan untukmu.
(Muhammad Syafi'i)Cinta adalah luapan hati dan gejolaknya saat dirundung keinginan untuk bertemu sang kekasih.
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)-Bab 18 MadSya-
Syafi'i memperhatikan bulatan merah pada tanggal 20 Mei 2021, tanggal sesudah hari raya itu terlalu lama baginya padahal hari ini sudah memasuki hari ke-6 di bulan kelima tersebut. Hari yang sangat ia nantikan, hari yang istimewa, hari yang akan menciptakan cerita baru di kehidupannya nanti. Hari yang bersejarah. Hari yang digadang-gadang keindahannya. Hari itu ia dan Shofia akan menjadi panitia. Satu hari akan dekat dengan gadis pencuri secercah pandangannya.
Walaupun hanya sekadar panitia pembantu, tapi jika dikelompokkan dengan Shofia? Semua itu akan membuatnya sedikit berbunga.
Tak cukup satu kali sehari menatap tanggal yang tak akan lari itu, Syafi'i terus mengamatinya lagi setiap ingin tidur. Berharap tanggal 20 terjadi besok!
Ini akibatnya kalau doi nawarin sesuatu tapi pada tanggal yang sudah ditentukan. Rasanya menuju hari H seperti menjadi pengantin pria yang harus mengucapkan ijab-kabul di depan mertua, deg-degan sebelum terjadi.
Layaknya orang kasmaran 17 tahunan, Syafi'i merasakan hal yang sama walaupun umurnya akan genap 20 tahun beberapa hari lagi. Jika ditanya siapa yang tau cerita ini maka jawabannya Tuhan, Malaikat, Ardi dan Syafiq. Sisanya cuma Readers dan Author yang tau.
Sedikit informasi dari lelaki bertubuh tinggi kurus ini terlahir di Kota Banjarbaru pada tanggal 15 Mei 2001. Selisih 2 tahun dengan gadis yang namanya di langitkan dalam doa, 12 Desember 2003.
merebahkan diri, menatap langit-langit sembari berkhayal sesuatu akan terjadi setelah hari itu datang. Berharap ini adalah awal yang baik untuk mereka saling mengenal sebatas teman dulu.
"Fi'i, Shofia ngechat gue nih. Kenapa lo ngasih nomor gue ke dia? Lo nggak punya hape?"
Syafi'i memejamkan mata masih tak ingin diganggu imajinasinya. "Lo kan kemarin yang ngasih nomor gue? Pasti di hape tu anak nama elu. Masa iya gue ngasih nomor yang sama?"
"Widih, bisa ngomong panjang juga ternyata," ujar Syafiq setengah memuji.
Merasa tak dijawab, Syafiq melempar benda keramat miliknya tepat pada perut kembarannya itu. "Lo tau, perempuan itu baperan. Jangan terlalu dekat. Nanti anak orang baper, eh taunya nggak ada niat ngebaperin. Dia perempuan bro."
"Cuma tugas panitia." Syafi'i membuka room chat saudaranya yang sesak dengan pesan masuk, dari perkumpulan BD, Admin PS, beberapa grup tidak berfaidah tetapi bisa menghibur pemiliknya seperti Perkumpulan Orang Waras, Bubuhan Banua dan beberapa chat pribadi dari teman-temannya, terakhir ada chat dari Shofia dengan pesan terakhir emoji tersenyum menampakkan wajah dengan deretan gigi putih.
Syafi'i berdecak pelan saat sadar nama kontak gadis itu bukanlah nama yang sebenarnya. Kelakuan Syafiq memang kadang membuatnya kesal, tapi tak ia kunjung mengekspresikannya. Wajahnya tetap datar dengan sorot mata layu.
Ia langsung membuka pesan yang diawali dengan sapaan formal, bagi seseorang yang punya jabatan seperti Shofia, wibawa dan adab berinteraksi itu penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...