-Bab 35 MadSya-“Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih besar bagi laki-laki selain dari perempuan.” (HR Al-Bukhari).
-Bab 35 MadSya-
Hari ini kelas Shofia sedang dihadiri oleh Bapak Yunus———guru killer yang mengajari Fisika. Semua murid IPA sangat suntuk dengan pelajaran yang satu itu tapi tak berani menutup mata walaupun sekejap saja. Kalau ketahuan tidur, maka Bapak Yunus tak segan-segan langsung menulis satu soal dan menyuruh sang empu untuk mengerjakan.
Selain Shofia yang menyukai banyak mata pelajaran termasuk Fisika. Maria juga suka pelajaran beranak tanpa ayah itu. Tapi karena Bapak Yunus killernya lillahi ta'ala, kadang Maria berasa dinyanyikan lagu Nina Bobo karena penjelasan Bapak Yunus yang datar-datar saja, kayak hubunganku dengan doi. Canda doi.
Seperti sekarang ini Maria sudah memukul-mukul pipinya agar tak memejamkan mata. Shofia yang berada di sebelahnya hanya mampu menggeleng dengan senyuman. Dirinya pun merasa sangat suntuk tapi mau bagaimanapun ia tak boleh tidur. Bersekolah dengan beasiswa itu kadang membuat Shofia takut. Takut sewaktu-waktu beasiswanya dicabut.
Shofia kembali mendengarkan Bapak Yunus yang menerangkan beberapa rumus pengukuran dari yang masih sedang-sedang saja hingga pengukuran alam semesta yang belum dipecahkan oleh NASA apalagi Author, ahehe.
Maria mulai kehilangan kesadaran dan langsung disambut oleh gebrakan dari Bapak Yunus. Sekadar informasi, tempat duduk Shofia dan Maria itu berada di hadapan Bapak Yunus. Cuma terhalang meja guru dan meja Shofia.
"Tidur. Huh. Saya juga capek."
Maria menatap Shofia yang nyengir mengejek. "Shofia, ngantuk berat."
Bapak berkepala lima itu geram dan menyuruh Maria mengerjakan sesuatu yang baru ditulisnya di papan tulis. Bahkan Shofia sempat curi-curi pandang pada Maria yang baru bangun langsung berhadapan dengan Fisika.
"Kerjakan Maria."
Derit kursi di dorong ke belakang membuat seisi kelas memperhatikan Maria yang katanya baru bangun langsung makan Fisika. Jadi pengin nyanyi Author, bangun tidur kuterus ...
Maria mengerjakan dengan kantuk yang masih setia pada pikirannya. Hanya ada kata tidur, tidur dan tidur setelah ia bangun dan berdiri di depan papan tulis. Baru bangun langsung mikir tidur lagi adalah kebiasaannya.
Dengan logika dan keberuntungan dari Tuhan tentunya, Maria membuat jalan pintas dari rumus yang harus ia kerjakan. Alias, Maria memotong setengah rumusnya dan langsung menulis hasil.
"Sudah Pak."
Bapak Yunus mengamati tulisan Maria yang rapi tapi kedua keningnya berkerut. Mana bisa hanya setengah rumus menemukan hasil yang benar. Ia menatap Maria yang masih menetralkan pandangannya. "Yasudah, tidur lagi sana."
"Maria tidur aja pinter apalagi tadi nyimak pelajaran. Pasti nggak pake rumus langsung dapat tuh jawaban," bisik teman yang berada di dekat Maria.
"Kapan coba kita gitu?"
"Mungkin belajar dalam mimpi kali."
"Dapat hidayah dari Tuhan."
"Pokoknya libatin Tuhan terus."
Maria kembali menelungkupkan wajahnya di kedua lipatan tangan. "Astaga," pekiknya seraya membulatkan mata. "Bapak maaf Maria sangat ngantuk tadi. Baru ngumpul nyawanya sekarang." Maria mengangkat dua jari hingga membentuk 'V' sebagai tanda bersalah ala-ala anak zaman sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MadSya [Selesai]
Teen Fiction●Bismillah, follow akun Author terlebih dahulu.● -MadSya- Yang diam bukan berarti tak bergerak. Bagaimana jika pengagum rahasiamu berkeliaran di sekitarmu? Si-kaya saja bisa memiliki kisah cinta. Maka si miskin pun juga memiliki hal yang sama. Muham...