Bab 28

40 16 6
                                    


-Bab 28 MadSya-

Yang kecewa akan bahagia. Yang terluka akan kembali gembira. Hidup bukan hanya tentang meratapi. Hidup bukan hanya tentang soal hati. Namun hidup adalah bagaimana caramu untuk selalu menghadapai entah itu bahagia, sedih, kecewa, gembira atau semua rasa yang ada. Kehidupan akan senantiasa berputar, di keadaan manapun kamu berada, berusahalah untuk selalu dekat kepada-Nya Yang Maha Memiliki hati setiap hamba-Nya. Semoga esok kau tumbuh menjadi pribadi yang diridai-Nya.
(a.A)

-Bab 28 MadSya-

Semiliar angin malam menggelitik kulit Filza. Jarum jam berdetak keras di dalam kesunyian kamarnya. Ia berdiri di dekat jendela yang terbuka menampakkan pemandangan perkomplekan sepi di waktu malam.

Filza menundukkan pandangan dan jatuh pada tangan kiri dan kanannya. Ia mengangkatnya setinggi dada dan menempelkannya di sana. Perasaan hangat terjalar hingga memorinya jatuh pada adegan memeluk tubuh Malik.

Ada rasa nyaman saat memeluk tubuh ayah Shofia itu. Bahkan rasa itu tak didapatnya dengan memeluk tubuh Qusyairi———ayahnya sendiri. Kenyamanan sementara yang membuatnya risau saat berpisah dengan Malik.

Ada apa ini? tanyanya membatin.

Sebuah tangan kecil mengelus bahu Filza pelan. "Sayang, kok masih di sini. Ayo makan malam."

Filza menoleh. "Eh Bunda." Ia langsung memeluk wanita yang sudah melahirkannya dan membesarkannya selama 18 tahun ini. Dania membalas pelukan itu dan mengelus-elus belakang kepala anaknya.

Filza merasakan hal yang sama seperti berada di pelukan Malik waktu di rumah sakit lalu.

"Ayo makan."

Filza mengangguk dan membuntuti sang bunda. "Itu, teman kamu kenapa sampai masuk rumah sakit tadi?" tanya Dania.

"Ada insiden waktu pelaksanaan acara susur rumah hantu."

Dania menggangguk. "Pingsan? Atau ada penyakit?"

"Fisiknya lemah."

Dania membelah ingatannya hingga jatuh pada seorang gadis yang terbaring nyaman di atas brangkar. Di sisi gadis itu ada dia yang sama terkejutnya dengan Dania. Mengapa Filza kelihatan cemas dan akrab dengan keluarga itu?

"Kamu kenal dekat sama dia? Pacar? Temen?" selidik Dania.

"Wakil Filza Bun."

Dania menghembus napas lega. "Syukur deh."

Filza menyamakan langkah. "Apa Bun?" tanya Filza untuk memastikan.

Sang ibunda menggeleng dan hanya memberikan cengiran hingga menampakkan kerutan pada beberapa bagian wajahnya.

"Bundaaaaaa!"

"Wleee hehehe." Inilah Dania, seorang ibu rumah tangga yang ceria dan penuh peran kepada anak-anaknya. Dari peran seorang ibu, peran ART, peran teman, peran pendengar yang baik dan terakhir berperan sebagai seorang multifungsi.

Mereka berdua sampai di meja makan besar yang sudah diisi oleh Qusyairi dan Hafna. "Hah, datang juga akhirnya. Fna udah laper."

MadSya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang