"Anytime Nas, anytime."
***
"Hmm... kamu bisa buka mata lagi Nastya."
EH!
"Ah astaga, maafkan aku." Jawabku dengan malu.
Apa-apaan itu Nas?
WHY? Nastya why?
Bisa-bisanya aku terlena sama pelukannya?! Si tuan dokter menyebalkan itu pasti menertawakanku didalam hati nya!
"Ha-h-a-haha jangan kepedean ya, bukan berarti aku merem karena terlena, SAMA SEKALI BUKAN! Aku cuma kebawa suasana aja! Ya, cuma kebawa suasana aja." sial! kenapa suara tawaku begitu terlihat palsu! Harusnya bisa lebih meyakinkan dari ini!
"Aku tidak peduli."
Hah?
Aku hanya bisa melongo mendengarnya.
Aku malu sekali ya Tuhan.
Dasar dokter tukang ganti mood! Tadi aja maaf-maafan, sekarang so serius! Menyebalkan!
"Anggita... apa dia nggak datang?"
Mama again...
"Buat apa juga mama harus dateng kesini?! Hellooo gaada ya hubungan mama ku sama kamu! Lagian ga sopan banget panggil nama gitu. Oke aku tau kamu lulusan kedokteran luar negeri, tapi ya jangan gitu dong kalo manggil mama." jawabku berapi-api.
Harusnya 'kan Bena bisa menyesuaikan diri dengan budaya yang dia pakai di luar negeri dan di negaranya sendiri, harusnya dia berlaku sopan, apalagi ke orang yang lebih tua!
"Kalau kamu tidak lupa, aku berada di ranjang dengan luka di dahi ini karena siapa? Tapi baiklah, mungkin Anggita sedang sibuk."
Tok tok tok
Srtttttt.
"Ya ampun Bena..."
Mama?!
Kenapa harus datang sih? Dan kenapa pula aku terlihat tidak senang seperti ini?! Tidak tidak tidak.
"Mama dateng ya?" iya tau, aku emang basa-basi.
"Iya, mama dapet whatsapp dari orang tua nya Bena, kalo si nakal ini masuk rumah sakit." mama mengucapkannya dengan adegan mencubit lengan Bena, eww WHYYYY.
"Okey okey... mama bisa ngelakuinnya nanti saat Nastya gak ada. Permisi." setelah mengucapkannya aku langsung balik badan dan meninggalkan kedua sejoli itu di kamar inap.
Iya, meninggalkan mereka berdua!
***
Dengan kesal, kubawa seluruh barang yang dibawa tuan muda Bena menuju kamar nya. TIDAK! Aku tidak sedang mengantarnya pindahan untuk pulang—itu lebih baik dibandingkan apa yang sebenarnya terjadi.
Jangan kaget, sudah dari dua hari yang lalu Bena pulang dan istirahat dirumah. Tapi saat ini, di detik, menit, dan jam ini aku sedang pergi berlibur di vila yang Bena sewa di Bandung, dan jangan lupakan bagian yang epicnya.
Bena bawa serta teman-teman dokternya kesini!
Aku tau kalau dokter satu itu punya sisi dendam dibalik sifat dingin dan cuek nya itu—tapi tidak dengan seperti ini!
Dengan tidak berperasaan, Bena si tuan muda itu menelpon pagi-pagi menyuruhku untuk bersiap-siap dan akhirnya disinilah aku, disatu villa besar bersamanya. Sialnya teman-teman tuan muda itu belum juga datang—begitulah golongan dokter dengan lulusan hasil menyogok. HAHA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...