Aku hanya mengangguk. Walaupun sebenarnya keberatan, aku tidak mau ikut dalam masalah Bena lagi, aku ingin segera lepas dari keluarga ini.
***
Sudah seminggu lamanya aku berada di rumah Bena. Orang tuanya men-treat ku dengan baik disini, memberi makan, tempat tinggal, juga tempat tidur yang nyaman.
Mama Bena bilang bahwa hal yang sangat diinginkan keluarga ini adalah memiliki seorang anak perempuan, tapi saat ia muda dulu ia tidak berpikir seperti itu, mereka berpikir bahwa memiliki Bena saja sudah cukup, hingga akhirnya tidak memproduksi untuk anak perempuan.
Mereka menyayangi dan juga sangat baik padaku, mengajak makan pagi, makan siang, dan juga makan malam. Aku sudah seperti menjadi anak mereka selama berada disini. Aku pun sering membantu mereka, sekedar mengajak berbicara atau bermalas-malasan di ruang keluarga dengan mama Bena.
Yeah... aku jadi nona disini.
Hari ini Bena pergi untuk praktik, karena mau tidak mau walaupun masalah kami belum juga reda ia tetap harus menjalankan tugasnya sebagai dokter, pasiennya sudah banyak yang menunggu.
Papa dan mama Bena memiliki urusan masing-masing, satu kembali ke rutinitasnya seperti biasa ke kantor, dan yang satu arisan bulanan. Mama Bena sempat mengajakku tapi kutolak karena kurasa masalahku yang sedang panas seperti ini tidak baik untukku keluar seakan-akan semuanya baik-baik saja.
Kulangkahkan diriku menuju halaman belakang tempatku menyendiri akhir-akhir ini, kubawa laptop dan juga handphone untuk menemaniku menghabiskan waktu. Kubuka media sosial, melihat bahwa akun Instagramku tidak lagi sesepi dulu, aku kebanjiran hate komen disana dengan berbagai kata-kata dan kalimat menghakimi, sama seperti media memberitakan ku.
"Kok bisa-bisa nya dokter Bena nikah sama orang gila? Mereka kan orang kaya, mana mungkin mau sama orang gila macam Nastya-Nastya ini!"
"Semoga ini satu-satunya keluarga kaya bodoh mau nerima mantu orang gila. Masih mending saya, ting-ting, cantik, dan yang jelas masih waras!"
"Semoga, keluarga yang berhubungan sama wanita gila ini bisa diberi ketabahan, saya melihat di artikel kemarin bahwa wanita ini sudah melancarkan perbuatannya yang berbahaya. Semoga wanita gila ini mendapatkan balasan yang setimpal. Kalo bisa sih langsung mati aja!"
"Orang gila! Mati aja lo sono!"
Kucoba kutenangkan hatiku. Awalnya kupikir berita itu akan hilang dalam satu atau dua hari, tapi sampai satu minggu ini kulihat isi berita semakin panas dan belum juga mereda, malah muncul korban yang berklasifikasi yang memperpanjang masalah.
Mereka keluar sebagai korban seperti yang sudah Bena prediksi kemarin ketika satu Indonesia dihebohkan akan viralnya video seorang wanita memukuli pasien. Tidak jelas itu siapa tapi semua warga online berpikir bahwa wanita itu adalah aku, padahal aku sama sekali tidak tau siapa wanita yang ada di video tersebut.
Ditambah aksi gilaku yang nekat membawa pisau bedah tempo hari terekam CCTV dan menjadi viral setelah ada orang dalam yang mempublishnya membuat keadaan semakin runyam.
Aku semakin tersudutkan disini, semua seperti menyerangku, baik dari korban palsu maupun ketikan jahat di akun media sosial.
Semua orang tidak ada yang dipihakku, semua orang menghakimiku dan mengatakan hal yang buruk seakan mereka tidak tahu dampak akan tulisan mereka.
Artikel, video yutub, Insgram, dan juga twit semua berserakan akan namaku. Aku sempat depresi kemarin tapi karena bantuan keluarga Bena, buatku merasa tidak harus merasa depresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...