"Perkenalkan Natsya... saya Dr. Riana Irawan, dokter yang pernah mengatasi kamu juga, dulu."
*Warning! Banyak kata-kata kasar.
***
Suara langkah kaki dengan tergesa membelah keheningan. Pintu ruangan inapku terbuka, ada Inaya disana dengan muka merah padam dan emosi yang sudah tercetak dengan jelas di matanya.
PLAKK.
"Dasar wanita pembawa sial! Gila! Dikasih hati minta jantung. Berani-beraninya kamu nginjek harga diri Bena HAH?! Dasar perempuan gila gak tau terima kasih! Bukannya bersyukur dengan bantuan yang dikasi malah ga tau balas budi! Tai lo jadi cewek!"
"Hei hei hei, ada apa ini?" tante—atau yang bisa kusebut dokter Riana melerai dan menjauhkan Inaya dari jangkauan tangannya padaku.
"Anjing lo! Lo cewe paling anjing yang pernah gue kenal! Gatau terima kasih! Bena udah kasih semuanya ke lo tapi itu yang lo beri hah?! ITU?!"
"Tenang Inaya, tenang" Bagus menahan tubuh Inaya, lantaran dokter Riana tidak mempunyai tenaga lebih untuk menahan.
Berani-beraninya wanita itu!
"Lo bilang gue harus bilang terima kasih?! Anjing banget maunya lo! Harga diri gue juga di injek-injek setan! Gue nggak butuh bantuan dari orang yang mandang gue dengan kasihan! Lo nggak pernah tau gimana perasaannya dibantuin karena kasihan! Gue kuat, gue masih bisa berdiri dengan kaki gue sendiri!"
"Kuat lo bilang?! Heh anjing, tanpa Bena lo ngga ada apa-apanya! Bahkan ngangkat kaki pun lo nggak akan bisa kalo bukan karna pengakuan palsu Bena tadi! Lo nggak bisa apa-apa tanpa BENA!"
"Siapa lo anjing yang berani klaim gue gabisa apa-apa tanpa dokter sialan itu?! Gue begini juga karena dia! Karena dia gue jadi orang gila asal lo tau! Lo gatau apa-apa tentang masa lalu gue! Lo nggak tau kan alesan gue jadi gini sekarang? Lo gatau kan?! LO GATAU ANJING!"
"Nastya—kamu??" tanya dokter Riana dengan raut terkejut.
"Aku ingat dengan sangat jelas tan—ah dokter Riana. Bahkan anda sendiri juga menyembunyikan identitas anda pada saya?! APA SEMUA ORANG MEMANG HARUS BERBOHONG DISINI?! APA GUE BENER-BENER HIDUP DALAM CIRCLE KEBOHONGAN?! GUE CAPEK ANJING!"
Mataku menatap dokter Riana tajam.
"Kalau bukan saya sendiri yang mengingatnya anda tidak akan memberitahu saya bukan? Berani-beraninya anda membiarkan saya hidup seperti ini! Dalam kebohongan?! Siapa anda hah? Siapa anda!"
"Bukan maksud saya—"
"Stop! Apa emang... hidup saya harus seperti ini? Penuh dengan kebohongan?"
Ingatanku kembali terlempar saat mama juga sama-sama membohongiku, saat itu aku hanya diberitahu mama jika adik meninggal karena kecelakaan—kecelakaan apa itu mama tidak memberitahu, dan jika aku bertanya pun mama akan mulai menangis buatku tidak tega untuk bertanya lebih jauh. Dan setelah ingatanku kini kembali, rasanya sangat menyakitkan, bahkan mama pun menyembunyikan ini semua dariku.
"Lepasin sialan, gue belum selesai sama lo—" Inaya mencoba melepaskan diri dari Bagus dan mencoba meraihku.
Aku semakin berang.
"EMANG LO TAU APA SETAN? Lo bukan siapa-siapa disini, dan lo sama sekali nggak tau apa masalahnya! Lo nggak usah coba-coba masuk dan bawa-bawa nama membantu disini! LO NGGAK TAU APA-APA TENTANG MASA LALU GUE SAMA BENA SETAN! LO NGGAK TAU APA-APA, SHUT THE FUCK OFF!"
"Apa yang gak gue tau hah? Apa?" Inaya masih pada pendapatnya.
PLAKK.
"DIEM LO ANJING." tamparanku membungkam ucapan Inaya lalu pintu tiba-tiba terbuka, Bena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...