Urusanku dengan sialan Daron dan si otoriter Bena biar kupikirkan saja nanti.
***
Setelah keadaan hatiku membaik kulihat jendela melihat kebun villa yang sangat indah, mungkin jalan satu-satunya mendinginkan kepala adalah dengan berbaring disana menghirup udara segar yang seharusnya aku dapatkan sedari hari pertama datang.
Membawa tikar yang entah bagaimana ada di kamarku, kubawa tikar tersebut sambil membawa seluruh cemilan yang kudapat dari go-food yang ku pesan tadi.
Kutarik nafas dengan dalam dan menghempaskannya kasar. Aku akui villa ini sangat indah dengan pemandangannya yang menakjubkan. Kuletakkan kepalaku di atas tangan lalu menghadap langit, sangat menyenangkan. Sejenak ku tinggalkan keresahan hati karena ancaman Daron.
"Sedang apa Nastya?" sebuah suara terdengar, mengagetkanku yang sedang memejamkan mata, menikmati angin siang kali ini.
"Eh Gus, biasa... menyejukkan hari hehe, panas" ucapku dengan kata tersembunyi di dalamnya.
Sejujurnya aku tidak mau diganggu saat ini. Tapi apalah daya, tidak mungkin aku menendang Bagus keluar untuk menjauhiku.
"Aku nggak lihat kamu sarapan sama makan siang, udah makan?"
"Ah tidak apa-apa, aku lagi pingin ayam goreng yang katanya enak di daerah sini jadi tadi nge go-food, lagian nggak enak juga sama dokter Chandra yang udah masak, masa aku yang nggak bantu apa-apa tiba-tiba makan. You know... itu sedikit nggak sopan." liar, lagipula mana mungkin kan aku mengatakan dengan terang-terangan kalo sedang ada masalah dengan Bena dan Daron? Mungkin Bagus akan langsung menjauhiku seperti reaksi Bena tadi.
Jika dipikir kembali aku emang sedikit kurang sopan pada dokter Chandra, anggaplah yang kuucapkan pada Bagus hanya kebohongan, tapi sebenarnya lebih tidak sopan lagi melihat kelakuanku yang tidak menghargai masakan Chandra dan membeli go-food sebagai gantinya.
"Oh gitu, nanti malam kamu makan bersama kami kan?"
"Hmm... ba-baiklah." sebenarnya aku sangat keberatan, ditambah harus bertemu dengan dua orang brengsek, Bena dan Daron.
Dan di malam harinya, semua makanan sudah terhidang di meja makan, semua orang bercengkrama dengan asyik, aku sendiri sedari tadi hanya mengobrol dengan Bagus, dan sebisa mungkin tidak berdekatan maupun berhadapan dengan Bena. Aku malas melihat pria itu.
Di tengah percakapan, kulihat gelagat aneh Daron, pria itu seperti merencanakan sesuatu yang buruk, hingga tak lama kurasakan sebuah gapaian dibawah meja.
Sedang asik-asiknya makan, sesuatu menyentuh betis ku. Bukan sebuah tangan, tapi... seperti kaki yang berusaha untuk menggodaku! Dengan dahi menyirit bingung, pandanganku langsung terarah pada Daron,
Dan yeah... itu kakinya!
Dan dia mencoba menggodaku!
Kulihat sang empu kaki, dan dia tersenyum culas seakan-akan mengatakan "Catch you!"
Tersadar, ku jauhkan kakiku darinya dan berusaha duduk sedekat mungkin dengan Bagus agar kaki Daron tidak bisa menjangkauku. Daron memang tidak duduk didepanku, dihadapanku terdapat Indra yang sedang bercengkrama dengan Chandra di sebelah kanannya, sedangkan Daron duduk di sebelah kiri Indra.
Menahan amarah, kucoba untuk mengobrol kembali dengan Bagus walaupun aku sama sekali tidak mood untuk berbicara saat ini.
Bena?
Dia menjauhkan diri dan duduk di kursi single khusus kepala keluarga. Kulihat Bena hanya memakan makanannya dengan santai, tidak terganggu oleh pembicaraan sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...