"Maafin Nastya ma. Nastya udah jadi anak pendosa yang bahkan nggak tau Mama tidur dimana."
***
Dering ponsel tanda telepon masuk tidak kuhiraukan, saat kulihat jam kamar ternyata sudah menunjukkan angka 7 pagi. Ini adalah hari yang baru untukku, maka mulai hari ini pula aku harus membiasakan diri tanpa mama, juga tanpa... Bena.
Aku bisa.
Aku pasti bisa melalui ini semua.
Toh aku sering hidup sendiri, mungkin kejadian kemarin menjadi pertanda bahwa aku harus bisa lebih mandiri lagi dalam segala hal, baik urusan rumah, kantor, atau pun urusan... pria.
"Ck! Ngapain sih masih mikirin si baj—dokter itu, hidupku nggak akan maju kalo terus dikaitin sama dia."
Tring tring tring.
Kesal, kulihat siapa yang sudah membangunkanku dari mimpi baik tadi malam. Kuangkat ponsel dan mematikannya ketika melihat nama Daron Malfoy disana. Untuk apa pula si Malfoy itu menelponku? Jangan bilang karena suruhan dok—ah lupakanlah.
Setelah memutuskan mandi, ternyata teleponku terus berbunyi. Kali ini bukan lagi Malfoy yang menelepon tap—Bena?!
Shhhh untuk apa pula dokter itu meneleponku?! Bukankah sudah jelas bahwa aku memintanya untuk tidak menghubungi—oke, kemarin memang aku hanya mengatakan bahwa kami tidak harus saling bertemu, tidak termasuk saling menghubungi lewat ponse—TAPI tetap saja! Harusnya kan dokter itu tau kalo aku nggak ingin lagi berhubungan dengannya!
Tidak lama ponselku berhenti, berganti dengan nada berdenting pesan.
From Bena :
Kita jadi perbincangan media sosial, maafkan aku tapi kita harus bertemu.
Dengan panik, kulihat kata demi kata yang dikirimkan dok—ah sudahlah Bena saja. Ku lihat dengan teliti pria itu menulis kata demi kata apa saja.
Apa katanya?
Perbincangan?
Media sosial?
Dan... kami harus bertemu?!
HELL! Aku baru saja merasakan kesedihan yang paling dalam karenanya, dan hari ini? Satu hari setelahnya? Dia mengajakku untuk bertemu?
Pria itu memang sudah gila!
Tring tring tring.
Kembali, ponselku berbunyi, jika itu adalah Bena, aku tidak akan pernah menjawabnya!
Tapi... ternyata Daron,
again, si Malfoy.
Dengan kesal, kuangkat ponselku.
"APA?!"
"Hei hei hei slow down okey? Lo udah liat berita?"
"Ck! Maksudnya apa? Lo mau ngasih tau gue ada di tv? Gak aneh kali, gue kan emang kerjanya disono." ucapku kesal.
"Gue udah kirimin link nya, sono check."
Tut.
Dan benar, tidak lama notifikasi chat muncul di beranda handphone. Tapi... kenapa banyak sekali orang yang mengechatku hari ini? Feri? Peter? Bagus? Chandra? Dan juga rekan-rekan kerjaku?
Ada apa dengan mereka?
Kucoba fokuskan pada chat yang diberikan oleh Daron, sebuah link berita yang akhirnya ku klik terpampang jelas sebuah headline besar, hitam, bold, dan menyenangkan untuk menarik pembaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...