Oh tidak.
***
"Mereka sudah sampai mana?" tanya mama.
"Sudah dibawah, sepertinya tidak lama lagi mereka sampai."
Aku menyirit bingung, mereka berdua ini sedang membicarakan apa? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa yang mereka bicarakan? Hello, akulah yang punya acara disini, tapi kenapa malah mereka yang terlihat sibuk dengan acara yang kubuat?!
"Kalian ini ngomongin apa si? Kok Nastya gatau bakalan ada yang dateng ma?" tanyaku menodong mama.
Tapi mama hanya diam dan membisu, malah asik dengan ponselnya. Aku sendiri malas untuk menanyakannya pada Bena, kurasa dia bukan orang yang tepat untukku tanyakan apa yang mereka bicarakan tadi.
Bersikap tidak mau tau, aku pamit untuk pergi menenangkan diri ke toilet. Aku gugup, ini seperti dream come true, makan di gedung pencakar langit seperti ini belum pernah aku rasakan. Tapi dibanding experience ini aku lebih gugup dengan harga yang harus ku bayar untuk dinner kali ini.
"Mati aku mati! Kira-kira lebih dari satu juta nggak ya? Satu juta si masih mending, gimana kalau lima juta? Mati aku!" tanyaku bergumam. Di tempat seperti ini tidak aneh harga makanan bisa berjuta-juta bukan? Lihatlah, toiletnya pun melebihi kamarku di rumah!
Bukan bermaksud norak atau bagaimana, tapi tempat ini membuatku gila! Apalagi Bena langsung memilih makanan, AKU SAMA SEKALI TIDAK PERCAYA PADANYA! Lelaki itu tidak bisa dipercaya!
Kukeringkan tanganku di mesin pengering lalu keluar dari toilet wanita. Dinding restoran ini dipenuhi warna gold dan cahaya kuning dan jangan lupakan setiap bunga yang ditaruh di setiap meja beserta satu set alat makan lengkap—beserta serbet ala-ala orang kaya gitu lo.
Kulihat dari jauh ada sepasang pasangan yang sedang digiring oleh pelayan yang juga membawaku kesini tadi. Sebenarnya ada beberapa meja yang terisi disini, dan rata-rata semua orang berpakaian formal.
Tempat kami dinner malam ini benar-benar private, kami ditempatkan di satu ruangan yang benar-benar exclusive, dan aku kembali merutuki Bena akan pilihannya yang berlebihan ini!
Kubuka pintu, dan kulihat sudah ada dua orang tambahan yang menduduki kursi kosong, aku menghela nafas, Bena dan mama emang penuh kejutan!
"Eh sini duduk sayang." mama menepuk kursi yang sempat aku duduki tadi. Dengan canggung kulangkahkan kaki mendekati meja, dua tamu yang dibawa pelayan tadi masih memunggungiku.
Setelah wajah tamu tadi terlihat aku kaget tentu saja, tidak menyangka bahwa Bena membawa orang tua nya! Senyum canggung kusematkan saat mataku bertabrakan dengan mereka.
Kedua orang tua Bena tersenyum, dan akupun menyalami mereka berdua. Duh rasanya canggung sekali, pertemuan kami tidak banyak dan itu pun jarang sekali terlibat obrolan panjang, tapi sepertinya kali ini kami akan mengobrol panjang.
"Sebagai reward dari kami, ini ada kado buat kamu." mama Bena memberikan sebuah bingkisan paper bag dengan logo brand mahal padaku.
"Aduh makasih banget tante jangan repot-repot, ini acara kecil-kecilan aku aja kok, bukan ulang tahun yang harus ada kado." aku mengambilnya dengan sedikit tersipu. Keluarga si tuan muda memang fantastis, makan malam penghargaan kecil-kecilan seperti ini aja aku mendapatkan brand mahal sebagai hadiahnya.
"Nggak apa-apa, kamu udah tante anggap anak tante, semoga kamu suka sama hadiahnya ya."
"Nah ini dari om." papa Bena memberikan sebuah kotak hitam exclusive yang juga terlihat mewah. Aku menghela napas untuk memendam rasa excited yang timbul dari dalam diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfectly Fine [COMPLETED]
RomanceCopyright©2021 - All rights reserved Aku dan mama hanya tinggal berdua di kota keras Jakarta, adikku sudah meninggal, dan sudah belasan tahun papa tidak terlihat, hanya mama yang aku punya di dunia ini. Suatu saat kulihat mama membawa pria tampan a...