• Selamat Membaca<3
PART 7
Di sisi lain, Tulus sedang dalam perjalanan. Menikmati semilir angin yang lewat menusuk pori-porinya, terasa sejuk. Mengendarai motor sambil menikmati perjalanan di malam hari, sesekali Tulus bersenandung lagu kesukaannya.Tulus mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, suasana malam hari yang sejuk membuatnya enggan terburu-buru meski kedua temannya sudah menunggu. Jalanan yang dilalui pun cukup sepi hanya terlihat beberapa pengendara yang lewat.
Saat Tulus sedang enak-enaknya menikmati suasana malam hari, tiba-tiba di depannya muncul seorang gadis yang lewat. Sontak Tulus langsung berteriak dan menarik rem’nya sekuat tenaga agar tidak menabrak gadis itu. Gadis itu pun berteriak dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
“AWASSS WOII!!”
“AAAA!!” keduanya sama-sama berteriak histeris.
Jelas Tulus terkejut, karena sedang santai menikmati perjalanan di malam hari, tiba-tiba seorang gadis muncul dan lewat begitu saja. Lalu Tulus membuka matanya, menghela napas lega sambil memegangi dadanya.
Untung saja gadis itu tidak tertabrak, jika iya bisa panjang lagi urusannya. Tulus langsung turun dari motor untuk menghampiri gadis yang sama terkejutnya dengan dia. Tulus menatap gadis itu dari atas hingga bawah, lalu lagi-lagi ia mengelus dadanya, lega.
Tulus melihat tubuh gadis itu bergetar, wajahnya masih ia tutupi dengan kedua tangannya, mungkin belum sadar bahwa ia baik-baik saja dan hampir tertabrak oleh Tulus.
“Eum, sorry. Lo ... baik-baik aja, kan?”
Tulus berucap menanyakan keadaan gadis di depannya yang belum menunjukkan wajahnya.
Gadis itu kemudian mendongak dan langsung memeluk Tulus tanpa aba-aba. Tubuh Tulus hampir terhuyung ke belakang karena di peluk oleh gadis itu.
Tulus heran, mengapa gadis ini selalu muncul. Dan sekarang dia muncul dengan keadaan yang mengkhawatirkan.
Rambut yang terlihat berantakan, mata sembab, lutut dan siku’nya juga terlihat lecet. Tulus masih belum mengerti dengan keadaan Gladis. Ya, Gladis tiba-tiba memeluknya dengan erat, menangis di dekapan Tulus. Bahkan baju yang dikenakannya nampak basah.
Merasa tak tega, Tulus pun membalas pelukan Gladis, mengelus puncak kepalanya dan membiarkan Gladis menumpahkan kesedihannya. Entah apa yang terjadi pada Gladis, Tulus tak mau bertanya sekarang.
Gladis masih terisak, isakannya terdengar menyedihkan. Tubuh yang gemetar, dan banyak keringat bercucuran di keningnya, mungkin karena Gladis berlari lumayan jauh.
“Hiks ... Hiks ...”
Tulus semakin memeluknya lebih erat saat Gladis semakin terisak, sejujurnya Tulus bingung. Lalu Tulus memejamkan matanya, menaruh dagunya di atas kepala Gladis. Tidak ada pengendara ataupun pejalan kaki yang lewat. Di jalan pertigaan itu terlihat sepi, hanya ada Tulus dan Gladis.
Dalam hati, Tulus merasakan kesedihan Gladis. Dia bahkan tak tau harus bertanya apa dan kenapa Gladis bisa sampai seperti ini. Malam ini, untuk yang pertama kalinya Tulus di peluk oleh seorang gadis kaktus.
“Gue gak gila! Gue gak gila! Hiks ....” Tulus semakin bingung mendengar racauan Gladis.
“Gue gak gila! Hiks ....”
“Kenapa semua orang nganggep gue gila, kenapa!!”
Gladis semakin meracau, lalu memeluk Tulus semakin erat, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Tulus. Menumpahkan air matanya hingga membuat baju bagian depan miliknya basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...