• Selamat Membaca<3
PART 43
“Lo yakin masih mau nunggu Gladis di sini, J? Di kelas aja yuk, kalo ketauan pak Bambang bisa tambah repot urusannya. Yang ada gue juga ikut kebawa-bawa.” ucap Lele bak anak kecil yang merengek, membujuk Tulus agar menunggu Gladis di dalam kelas saja.
Pasalnya bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu.
Tulus berdecak dengan posisi kedua tangannya yang masih setia ia lipat di depan dada.
“Bawel banget si lo! Udah sana duluan kalau mau ke kelas. Gue masih mau nunggu Gladis di sini.”
“Gladis gak masuk kali J, udah lewat delapan menit dari bel masuk, tapi tu cewek belum muncul juga.” ucap Lele sambil melirik jam di tangannya.
Dengan pandangan yang menyapu semua koridor, Tulus menjawab. “Gak mungkin Gladis gak masuk. Bu Sisil kan nyuruh semua peserta lomba buat dateng pagi hari ini.”
“Mana? Buktinya Gladis belum muncul juga.”
“Berisik lo!” kesal Tulus.
Lalu tak lama derap langkah kaki terdengar. Dari kejauhan Tulus melihat Gio berlari.
"Aneh, kenapa dia sendiri?" batinnya bertanya.
Tulus langsung menghampiri Gio dan menghentikan langkahnya.
“Minggir J, gue buru-buru!”
“Gladis mana?”
Gio memutar bola matanya malas. “Dia gak masuk hari ini.”
“Kenapa?” tanyanya lagi.
“Lagi nggak enak badan. Udah ah minggir, terlambat nih gue.” Gio mendorong tubuh Tulus yang menghalanginya dan langsung pergi.
Kening Tulus mengkerut sambil bertanya-tanya. Padahal terakhir dia melihat Gladis masih baik-baik saja.
Pukulan di pundak Tulus membuyarkan lamunannya.
“Tuh kan, apa gue bilang. Gladis gak masuk J,”
“Masa iya dia sakit?”
“Idih, emang lo pikir Gladis apa, robot? Wajar kalo dia sakit, kecapean mungkin. Dah yuk balik ke kelas.”
“Nggak deh, gue mau temuin Bu Sisil.” ucapnya, setelah itu Tulus langsung melangkah pergi meninggalkan Lele disana.
“Hadeuhh, untung temen.” Lele menggeleng-gelengkan kepala, lalu melangkah masuk ke kelasnya.
“Lah, J mana?” tanya Teo saat Lele mendaratkan bokongnya pada kursi yang didudukinya.
“Mau temuin Bu Sisil katanya.”
Teo hanya mengangguk-angguk pelan.
***
“Permisi, Bu. Maaf, saya telat.”
“Oh silahkan masuk J. Tidak apa-apa, lagi pula materi belum saya mulai. Lohh—mana Gladis?” tanya Bu Sisil baru menyadari Tulus datang tak bersama Gladis.
Tulus menggeleng setelah duduk di kursinya. “Nggak tau, Bu. Tapi tadi Gio bilang Gladis—“
“Permisi Bu!”
Ucapan Tulus terpotong karena seorang gadis tiba-tiba saja mendorong pintu, dengan deru napas yang tak beraturan.
“Lahh itu kak Gladis!” seru adik kelas perempuan itu, panggil saja Lani.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...