[ 28 ] • Usaha mengembalikan senyum Lele •

7 3 21
                                    

🎼 Silahkan Kalian play Lagunya, biar lebih berasa feelnya.

• Selamat Membaca<3

PART 28

"Eh eh berenti J! Liat deh di depan sana ada pasar malem, di situ aja, gimana?" tanya Gladis menunjuk ke arah depan.

Mereka masih dalam posisi berada di dalam mobil sedang berkeliling mencari tempat yang pas. Dan akhirnya Gladis melihat ada pasar malam yang ramai di kunjungi orang.

"Ide bagus tuh," saut Teo.
"
Yaudah, kita coba dulu aja." ucap Tulus mulai memajukan mobilnya dan memarkirkannya.

Mereka bertiga lalu turun dari mobil, Gladis terlihat menyelipkan anak rambut yang mengganggu.

Tulus dan Teo langsung bergerak ke garasi mobil Tulus. Di bukanya garasi mobil lalu Tulus menurunkan terlebih dahulu piano kecil itu, sedangkan Teo menggendong gitar miliknya.

Saat mereka hendak berjalan, Teo masih terlihat mengambil suatu barang lagi dari dalam garasi.

"Gue bawa mic sama pegangannya. Lo yang nyanyi ya, Dis?" ucap Teo sambil menyodorkan barang tersebut.

Gladis seketika menggeleng, raut wajahnya mulai panik. Tulus menoleh dan langsung mendekat ke arah Gladis dan menggenggam tangannya. Tulus berusaha menenangkan gadisnya itu, jangan sampai penyakit DID-nya kambuh.

"Gak mau gue!" tolaknya.

"Yah Dis, lo gimana si, kan elo yang punya ide duluan. Masa lo nyanyi aja gak mau, suara lo bagus kok gue pernah denger. Nanti kan yang main musik gue sama J," kata Teo, padahal dia belum pernah mendengar Gladis bernyanyi.

Itu hanya alibinya saja agar gadis itu mau bernyanyi. Teo pikir, siapa lagi yang akan bernyanyi jika bukan Gladis, sednagkan Tulus dan dirinya harus memainkan alat musik yang mereka bawa.

"Jangan gue, J aja ah." ucap Gladis masih menolak.

Teo berdecak. "J kan main piano, ribettt Dissss." kata Teo mulai gregetan pada Gladis yang keras kepala.

"Orang gue gak mau, kok lo maksa-maksa sii?!" kesal Gladis memandang Teo sebal.

Tulus menggeleng pelan seraya tersenyum geli. Tangannya lalu beralih mengusap puncak kepala Gladis dengan lembut hingga sang empu pun menoleh.

"Gue gak mau nyanyi J!" adunya pada Tulus yang masih saja tersenyum geli.

"Tapi kan nyanyinya berdua sama gue, mau ya?" bujuk Tulus lembut, membuat Gladis mengerutkan bibirnya.

"Tapi gue takutt ..." cicitnya sambil memainkan jemarinya.

Posisi Teo saat ini pantas sekali menjadi nyamuk. Mendengarkan percakapan mereka berdua yang menurut Teo menggelikan.

"Kan ada gue, yah? Lawan dong rasa takutnya, semuanya kan kita lakuin buat bantu Lele. Mau ya?" ucap Tulus masih terus membujuk Gladis.

Gladis menghela napas dan tertunduk.

Tulus tak tinggal diam, dia menggenggam tangan Gladis lagi, namun kali ini lebih erat sesekali mengelusnya lembut.

Tak lama Gladis tersenyum lalu mengangguk setuju. Perasaan takutnya sudah mulai memudar karena Tulus membuatnya tenang kembali.

"Nah gitu dongg." kata Tulus ikut tersenyum.

Teo melirik malas ke arah mereka berdua. "Emang ya kalau udah ada pawangnya mah, beresssss!" ucapnya terdengar menyindir.

Kemudian Teo berjalan lebih dulu, Tulus dan Gladis mengikuti dari belakang, seraya Gladis membantu Tulus membawa piano milik laki-laki itu.

***

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang