[ 37 ] • Ancaman yang semakin terang-terangan •

6 3 14
                                    

• Selamat Membaca<3

PART 37

Suasana kelas XII IPA 1 terdengar cukup ramai, pasalnya kelas mereka sedang free tak ada guru. Meskipun kelas tersebut termasuk anak-anak pintar, namun jika tidak ada guru semuanya juga ikut senang.

“Ck! bosen banget jir gak ada guru,” ucap Lele berdecak, dengan posisi duduk santai di belakang dengan punggung yang di senderkan pada tembok.

Teo yang sedang bermain game pun menoleh, “Tumben, biasanya lo paling seneng kalo gak ada guru,” balasnya.

“Apa gue udah jadi pinter ya sekarang?!” ucapnya melebarkan mata.

Teo menatap aneh ke arah Lele, “Kalo itu gak mungkin si kayaknya,”

Lele memasang wajah malas, Teo seakan tak mendukung ucapannya barusan.

“Tapi kan ciri-cirinya udah mulai gue rasain Yo. Biasanya gue pas gak ada guru seneng, kalo sekarang malah bosen. Gini kali ya rasanya jadi orang pinter,” ujarnya menghayal.

Teo menoyor kepala belakang Lele, “Gak usah ngayal! Mending ke kantin, gue lapar!” Teo beranjak berdiri, ponselnya ia masukkan ke dalam kantong celana.

“Harusnya yang lapar itu gue! Dari pagi gue belum sarapan sama sekali, gara-gara nasi goreng bikinan gue lo embat sampe abis. Sialan emang lo! Udah tau gue miskin!” cecar Lele kesal mengingat kejadian tadi pagi, ia ikut beranjak dari duduknya.

“Ssttt! Yang miskin diem.” Teo mengacungkan jari telunjuknya di depan Lele, menginstruksikan mulutnya untuk tidak nyerocos.

Lele berdecak sebal, “Bangsat!” umpatnya.

Teo tertawa, lalu melangkah menuju tempat duduk Anya.

“Nya, jamkos sampe jam berapa?” tanya Teo.

“Kenapa? Mau bolos lo ya, ada tugas mtk halaman 20. Kerjain sekarang besok udah harus di kumpulin!” ucap Anya dengan menaikkan intonasi suaranya.

“Anya, lo bisa gak si kalo lagi jamkos jangan suka ngomong-ngomong soal tugas,” saut Lele.

“Dih bodo amat, gue ketua kelasnya, mau apa lo?!” kesal Anya seraya berkacak pinggang.

“Hehe nggak kok Nya, duh hari ini lo cuannntikk banget, muach!” Lele mencolek dagu Anya, membuat gadis itu bergidik ngeri sambil mengusap-usap bekas Lele.

“Heh! Berani lo pegang-pegang Anya!” sambung Teo melotot tajam ke arah Lele.

“Dih cemburu lo?!” tuduh Lele.

“Iya! Cuma gue yang boleh pegang Anya, lo jangan!” tunjuk Teo.

“Anya juga gak mau di pegang sama lo! Bau tai!” sulut Lele tak mau kalah.

Anya menghela napas kasar, mendorong mereka berdua.

“Wah berani lo bilang gue bau tai!”

“Iya, kenapa?! BAU TAI BAU TAI BAU TAI!” cecar Lele dengan sengaja.

Teo semakin memandang kesal ke arah Lele. “Kurang ajar lo Le! Gak bakal gue kasih jatah makan selama seminggu!” kata Teo kesal.

“IHHH BERISIKKK BANGSATTT!” teriak Anya, Lele dan Teo cukup terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.

“Nya, orang cantik gak boleh ngomong kasar.” ucap Teo dengan nada pelan, cukup terkejut.

“Bodo amat! BANGSAT BANGSAT BANGSAT!” ucapnya lagi dengan sengaja.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang