• Selamat Membaca <3
PART 40
Pelajaran di kelas Xaviora sudah selesai, guru pengajar pun sudah keluar lima menit yang lalu. Xaviora membereskan dulu beberapa bukunya untuk di masukkan ke tas sebelum ia pergi ke kantin.
Setelah di rasa selesai, Xavi beranjak berdiri, lalu Gio berjalan melewatinya begitu saja menuju ke arah pintu.
Sontak Xavi langsung berlari kecil menghampiri Gio dan langsung menggenggam tangan kekasihnya untuk mengajaknya pergi ke kantin karena perut kosongnya harus segera di isi.
Gio yang hendak berjalan pun tertahan beberapa jarak dari pintu kelas. Ia sedikit terkejut dan langsung menoleh ke arah tangannya yang sudah mendapat genggaman erat dari sang pacar.
Gio jelas tersenyum manis,dan Xaviora senang melihat senyum itu dan turut membalasnya dengan lengkungan manis juga yang terbit dari bibirnya.
“Kenapa?” tanya Gio lembut, dengan gerakan tangan yang mengelus punggung tangan Xaviora.
Gadis itu tersipu malu, jantungnya berdetak lebih kencang sambil menahan rasa gugupnya mendengar ucapan lembut dari kekasihnya.
“Ke kantin yuk, gue udah laper banget nih.” ucapnya dengan nada terdengar merengek.
Gio lagi-lagi hanya tersenyum, ia mengelus puncak kepala Xaviora dengan lembut. Perlakuan manis itu jelas menambah kegugupannya yang semakin menggebu-gebu.
“Ayo, tapi gue harus pergi nemuin Gladis dulu di kelasnya. Gue rasa dia juga mau ke kantin, kita ketemu di sana ya.”
Setelah mengatakan itu Gio langsung melongos pergi.
Genggaman tangan Xavi juga di lepas begitu saja. Hal itu jelas membuat hati Xaviora sedikit tercubit.
Ia tersenyum kecut dengan pandangan yang masih memandangi punggung Gio yang semakin menjauh.
Xaviora menghela napas panjang dan menghembuskannya kasar, seolah helaan napas itu terdengar pasrah dan lelah.
“Lo semakin bikin gue takut, Gio.”
gumamnya pelan, lalu ia pun pergi dari sana.***
Dari kejauhan, dia melihat Gladis sedang berdiri di dekat pintu dan bersandar di tembok yang ada di belakangnya. Seperti sedang menunggu seseorang.
Lantas, Gio menghampirinya dengan senyum yang sudah ia siapkan semanis mungkin.
Ya, anggap saja sebagai sogokan, siapa tau Gladis tidak menjadi cuek lagi padanya setelah di berikan senyum terbaik seorang Gio.
“Hai Gladis! ke kantin bareng yuk, gue tlatir deh hari ini. ayo dongg.” ucap Gio setelah berdiri di depan Gladis, ia langsung membujuknya tak lupa memberikan senyum yang tadi sudah ia siapkan.
Gladis melirik singkat lalu menghela napas pelan. “Nggak deh.” jawabnya.
Hatinya sedikit sakit mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis itu.
Rasa-rasanya seperti bukan Gladis, dulu ia tak pernah secuek ini pada Gio.
Tapi sekarang, menatapnya saja enggan.“Kenapa? Lo gak boleh makan telat tau, ntar yang ada maag lo kambuh.”
“Sejak kapan gue punya maag?” jawaban Gladis begitu menohok.
Gio gelagapan, menggaruk tenguknya yang tak gatal.
“Ya—semua orang pasti punya maag. Makannya lo jangan sampe telat makan, ayo ke kantin.”
Gio lebih berani dengan menarik tangan Gladis, namun langsung di lepasnya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...