[ 39 ] • Rumah bukan tempat pulang •

8 3 15
                                    

Selamat Membaca<3

PART 39

Malam ini ia berniat pulang ke rumah, tujuannya hanya satu, mempertanyakan semua hal yang ingin ia tanyakan pada Pragos.

Salah satunya, mengenai insiden Xaviora di toilet tadi juga tentang kemunculan pria itu lagi. Lele butuh penjelasan dari Papanya langsung.

Ia curiga, pelaku yang mengunci Xavi di toilet adalah suruhan Papanya.
Pragos dapat melakukan apa saja atas kehendaknya di luar batas wajar.

Pria itu memang sudah gila, Lele saja sebagai anaknya tak habis pikir oleh sifat Papanya. Entah turunan dari siapa, yang pasti kakeknya dulu tidak seperti itu.

Lele pergi menggunakan ojek, sengaja tak memberi tau Teo. Ia hanya bilang bahwa akan keluar sebentar karena ada urusan, tak memberi tahu Teo secara terus terang.

Akhirnya ia sampai di depan rumah mewah itu. Rumah yang di dalamnya bak penjara, semua orang yang ada di dalamnya harus nurut dengan semua perintah sang tuan.

Tapi tidak dengan Lele, ia satu-satunya pemberontak dari keluarga Pragos.

Lele turun dari motor, membuka helmnya lalu memberikannya pada tukang ojek tersebut beserta uang yang di bayarnya.

“Makasih ya bang.” ucap Lele, lalu berjalan menuju ke arah rumahnya.

Penjaga gerbang langsung membukakan pintu karena melihat siapa yang datang.

“Selamat malam tuan muda Eleos, bagaimana kabarnya? Saya sudah lama tidak melihat tuan muda pulang ke rumah.” kata pria itu, menunduk sedikit memberi salam pada Lele.

Lele tersenyum kecil, ini yang ia kurang suka. Kenapa semua orang yang ada di rumah ini harus memanggilnya dengan tuan muda.

Ia terkadang mempertanyakan hal ini dalam hatinya. “Memangnya keturunan keluarga Pragos sekaya apa?”

“Baik, seperti yang anda lihat.” balasnya.

“Silahkan masuk tuan, tuan Pragos ada di dalam.”

Lele mengangguk lalu berjalan ke arah rumahnya.

Tangannya memegang gagang pintu berwarna perak itu lalu membukanya cukup lebar.

Saat pintu sudah terbuka, Lele langsung melihat pemandangan yang cukup menjengkelkan untuknya.

Sonya memang pintar memikat hati kedua orang tuanya. Sial, cewek itu memang licik.

Lele melihat kedua orang tuanya sedang makan bersama dengan Sonya.

Urat-urat lehernya menegang, bisa-bisanya mereka bersikap santai atas apa yang terjadi pada Xaviora.

“Wah... sepertinya kamu memilih keputusan yang tepat untuk pulang ke rumah El. Ternyata ancaman itu membuat kamu sadar ya,” ucap Pragos sambil menyuap makanan ke mulutnya.

Lele melangkah masuk, “Maksud Papa apa nyelakain Xaviora?” Lele langsung mempertanyakan hal itu pada Pragos yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya.

“El, sini nak makan bersama. Ada makanan kesukaan kamu, kamu pasti lapar ya?”  Lisa menyambung, senyumnya terukir saat melihat putranya sulungnya pulang.

“Jawab El Pa, maksud Papa apa?” tanya Lele lagi, ia menghiraukan pertanyaan Lisa.

Pragos menghentikan makannya, ia meneguk air lalu mengusap mulutnya dengan tissu. Setelah itu menatap Lele dengan santai.

“Nyelakain Xaviora? Kamu ini asal tuduh saja El, sejak kapan Papa nyelakain gadis kamu itu.”

“Bohong! Ini pasti ulah suruhan Papa kan buat kunciin Xaviora di toilet sampai pingsan.” Lele terus mencecar Pragos dengan pertanyaan.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang