[ 36 ] • Modus halus •

6 3 17
                                    

Kesibukanku makin parah akhir-akhir ini, maaf sobat baru update hari ini. Semoga kalian tetap setia baca cerita TULUS sampai habis ya❤



Selamat Membaca<3

PART 36

Gladis dan Tulus sekarang tengah berada di ruang lab yang cukup luas. Baru masuk ke ruangannya saja semerbak wangi langsung tercium ke rongga hidung, di tambah ruangannya yang super bersih dan ber-AC.

Biasanya murid-murid perwakilan lomba memang sering berlatih di ruangan ini agar membuat mereka nyaman dan fokus mempelajari materi.

Yang berada di ruangan tersebut tak hanya Tulus dan Gladis, tapi juga kedua perwakilan lomba kimia yang di wakilkan oleh kedua adik kelas mereka.

Sekarang mereka berempat sedang mengerjakan soal-soal latihan yang di berikan oleh Bu Sisil tadi, ia harus pergi sebentar ada urusan katanya.

Soal tersebut di kerjakan per individu dulu baru nanti jawabannya di koreksi berbarengan agar Bu Sisil dapat mengetahui setiap perkembangan anak muridnya.

Juga untuk melihat persamaan keduanya, apabila ada jawaban yang berbeda maka akan di perbaiki oleh Bu Sisil.

Mengerjakan secara individu agar Bu Sisil tau kemampuan masing-masing peserta. Itu merupakan strateginya untuk melatih para murid-muridnya.

20 menit sudah berlalu, mereka masih terlihat serius mengerjakan soal lainnya. Bu Sisil memberi sekitar 35 soal sesuai mata lomba masing-masing dalam waktu 45 menit.

Tulus melirik ke arah Gladis, di lihatnya gadis itu cukup serius mengerjakan soal di depannya. Tanpa sadar hal itu membuat lengkungan tipis di bibir Tulus, senang akhirnya bisa lomba bersama gadis kaktus itu.

Gladis menghela napas kasar, menaruh pulpennya di meja dan menyenderkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

“Hufftt...” helaan napas Gladis dapat di dengar oleh Tulus.

“Udah?” tanya Tulus melirik ke arahnya.

Gladis mengangguk, kedua adik kelasnya langsung spontan menatap ke arah Gladis.

“Kakak udah? Gila cepet banget,” kata gadis berambut sebahu itu.

Gladis hanya membalas dengan senyuman.

“Gak mau di cek lagi?” lanjut Tulus bertanya.

Gladis bergumam, “Iya deh,” ucapnya, lalu menarik kembali kertas jawaban miliknya dan mengeceknya satu per satu.

Tulus menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum geli melihat Gladis. Lalu ia sudah selesai mengerjakan soal tersebut dan menyenderkan punggungnya santai.

“Kak J juga udah?” tanya adik kelas laki-laki itu.

Tulus dengan santai mengangguk, “Parah, hebat-hebat banget. Gak salah si kalian jadi perwakilan lomba, kita si yakin kalian bakal menang, iya gak?” tanyanya pada gadis di sampingnya itu yang mengangguk setuju.

Gladis ikut menoleh ke arah Tulus.

“Kalian juga hebat lah, kalau gak hebat mana mungkin kepilih juga buat jadi perwakilan sekolah? Yang terpenting di lomba kali ini tuh kerja sama tim yang harus di utamain. Saling membantu, dan yang paling penting harus kompak. Percuma kalian jago dalam bidang tersebut tapi kalian gak bisa jadi partner yang baik, hasilnya pun akan gagal. Dan jangan pernah merasa ingin menang sendiri, atau pingin hebat sendirian, jangan. Karena itu yang akan bikin tim jadi kacau, yang namanya kerja sama itu diskusi berdua, bukan perorangan.” jelas Tulus memberi nasihat pada kedua adik kelasnya itu.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang