• Selamat Membaca<3
PART 22
Pagi ini tidak seperti biasanya Lele menjemput Xavi untuk berangkat ke Sekolah bersama. Xavi juga menyadari keanehan Lele pagi ini.
Tapi dia belum bertanya apa-apa padanya. Salah satu keanehan yang dilihatnya pagi ini adalah, Lele menjemput Xavi menggunakan motor Teo.
Padahal kan Lele juga punya motor, bahkan lebih banyak dari Teo. Apa semua motornya rusak? Itu kira-kira hal yang Xavi sadari.
Sekarang mereka sedang duduk di bangku panjang yang ada pada koridor di depan kelas Lele.
Sengaja mereka duduk dulu di sana karena jam masuk pun masih cukup lama. Karena Lele menjemput Xavi terlalu pagi, hal itu juga yang menjadi aneh bagi Xavi.
Belum ada yang memulai pembicaraan, Xavi menoleh pada Lele. Dia menatap Lele sambil berpikir, kenapa dia pagi ini, tumben Lele jadi banyak diam.
“Lo kayak beda banget deh hari ini,” tanya Xavi memulai pembicaraan.
Dia merasa canggung juga jika duduk berdua tapi tak ada yang bicara. Sekalian ingin tahu kenapa pagi ini raut wajah Lele nampak berbeda.
Lele terkekeh, tapi kali ini kekehannya seperti ia paksakan. “Beda apanya?”
“Ekspresi muka lo,” kata Xavi. Lele hanya tersenyum kecil, lalu menyenderkan kepalanya ke tembok yang ada di belakangnya.
“Mau cerita?” tanya Xavi, lebih tepatnya memancing Lele untuk bicara.
Karena Xavi paham, pertanyaan seperti ini lebih di butuhkan orang-orang yang terlihat sedang ada beban ketimbang “Lo kenapa?”
Xavi sangat paham soal Lele. Laki-laki ini tak pernah terlihat murung ataupun sedih, dia selalu aktif dan banyak bicara, sekalipun pembicaraannya sama sekali tidak penting tapi dia selalu bisa mencairkan suasana.
Lele terdiam beberapa detik, lalu menghela napas kasar. Sambil tatapannya lurus ke depan.
“Gue lagi gak semangat hari ini,” kata Lele terdengar lesu.
“Gak semangat kenapa?” tanya Xavi menatap Lele serius.
“Punya orang tua kaya ternyata gak enak ya,”
Xavi menyerngit bingung, “Lo ngomong apa si, Le?”
Lele menunduk sambil memainkan jemarinya. “Gue muak sama kedua orang tua gue. Mereka selalu menjadikan gue boneka, bahkan kelinci percobaan untuk bisnis perusahaan mereka.” cerita Lele, terdengar dari suaranya saja Lele merasa bebannya masih terasa.
Xavi menghela napas panjang namun terdengar pelan. Dia mulai mengerti sekarang, pantas saja laki-laki berkumis tipis ini agak sedikit berbeda.
“Emang ada masalah apa lo sama orang tua lo?” tanya Xavi.
“Gue di jodohin,”
Mendengar itu, Xavi melebarkan matanya dengan kening berkerut.
“Lagi?”
Hah?! A-apa, lagi?
Lele mengangguk.
“Perasaan dulu lo biasa-biasa aja di jodohin. Toh juga lo nya gak mau, kan? Terus kenapa sekarang lo merasa terbebani?” tutur Xavi.
Ini memang bukan yang pertama kalinya Lele bercerita pada Xavi bahwa ia di jodohkan oleh kedua orang tuanya.
Xavi sudah beberapa kali mendengar curhatan Lele soal ini. Tapi aneh, perjodohan di dalam keluarganya sudah menjadi hal yang biasa, lalu kenapa sekarang Lele merasa bahwa hal ini adalah beban?
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...