[ 12 ] • Lele berulah •

6 3 18
                                    

• Selamat membaca<3

PART 12

Malam hari, sekarang mereka bertiga ada di taman belakang tepatnya di rumah Tulus. Seperti biasa Lele dan teo hadir di sana, tanpa mereka suasana malam ini akan hambar bagai sayur tanpa garam.

Tapi Lele dan Teo malah sibuk dengan ponsel mereka masing-masing dan tangan yang mencomoti makanan yang tersedia di depan mereka. Ini enaknya punya temen sultan, setiap berkunjung semua makanan enak ada di depan mereka.

Sedangkan Tulus, dia sedang sibuk bermain piano dan mempelajari beberapa lagu yang akan dia nyanyikan saat lomba festival musik keduanya.

Tulus mempelajari beberapa lagu yang sudah dia pilih, Lele dan Teo yang mengangguk-angguk saat piano mulai Tulus mainkan.

“Emangnya kapan lomba festival musik kedua lo?” Lele tiba-tiba bersuara, membuat Tulus langsung menoleh ke arahnya.

“Belum tau si pastinya tanggal berapa, tapi Miss Rere bilang udah harus di persiapkan dari jauh-jauh hari,” jawab Tulus.

Miss rere tak hanya walikelas 11 IPA 1 dia juga salah satu guru ekstrakulikuler dibidang musik. Dan setiap ada perlombaan Miss Rere yang menyeleksi para muridnya untuk dikirim mengikuti lomba.

Tulus pernah menjuarai lomba festival musik tahun lalu, dan sekarang Miss rere mempercayainya kembali untuk ikut lomba tahun ini.

Lele mengangguk-angguk kemudian fokus lagi bermain ponsel.

“Gue yakin lo pasti menang lagi seperti tahun kemarin. Soalnya gue udah punya feeling lo tuh emang jago banget main piano anjir,” Teo pun ikut angkat suara.

Tulus mengubah posisi duduknya menyamping menghadap teman-temannya. “Nggak lah, kemampuan gue mah gak ada apa-apanya di banding sama yang lain. Malah kadang gue merasa kurang percaya diri sama kemampuan gue,” kata Tulus menatap mereka.

Lele langsung menatap Tulus, “Kelebihan yang di miliki setiap orang itu emang beda-beda. Tapi, gak ada manusia yang sempurna, pepatah mengatakan di atas langit masih ada langit. Nah, kalau lo aja gak percaya sama diri lo sendiri, apa kabar orang lain J?” ucap Lele menimpali.

Teo mengangguk setuju, “Bener tuh, seenggaknya meskipun lo merasa kemampuan lo masih di bawah rata-rata, lo harus yakin dulu sama diri lo sendiri.”

“Gue percaya masih banyak orang yang lebih jago dari pada lo. Tapi gue lebih percaya kalau lo mampu. Jadi sebelum lo mencoba, jangan pernah bilang kalau lo gak bisa. Gue gak mau denger omongan nething lo yang bikin gue enek hati!”

Lele berbicara seperti itu bermaksud menasehati Tulus sekaligus mengeluarkan unek-uneknya kepada Tulus.

Tulus terdiam, menyaring omongan Lele yang di pikir memang benar.

Lalu Teo pun ikut bersuara, “Makannya J, lo itu jadi orang harus kayak si Lele. Mau gimana pun dan dimana pun dia tetap percaya diri. Lo liat aja tuh kelakuannya, pernah gak lo denger dia bilang ‘ah gue kayaknya gini deh, gue kayaknya gitu deh’ pernah nggak?” Tulus menggeleng menjawab.

“Nggak kan? Jadi seenggaknya temen lo yang satu ini bisa di jadikan contoh buat lo supaya selalu percaya diri,” ucap Teo sambil memainkan rambut Lele yang sibuk menatap ponselnya, tak sadar bahwa dirinya sedang di puji oleh teman-temannya.

Tulus terkekeh, Teo benar juga. Tulus melihat Lele selalu percaya diri dan tak peduli dengan omongan orang lain tentangnya. Sedangkan Tulus, dia terkadang merasa kurang percaya diri dengan apa yang dia miliki.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang