[ 14 ] • Permen kapas •

8 3 23
                                    

• Selamat Membaca<3

PART 14

Gio menatap Adis yang sembab karena menangis tadi. Dirinya sangat menyesal karena mengulik masa lalu Gladis, sekarang Adis yang hadir di hadapannya. Memandang Gio dengan polos.

“Kak Gio, kenapa?” tanya Adis saat melihat raut wajah Gio berubah.

Gio mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum masam. “Nggak, Kak Gio gak apa-apa,” balas Gio.

Adis mengangguk polos, lalu memegang pipinya yang terasa basah. Dia bingung, kemudian bertanya kepada Gio.

“Kak Gio, kok pipi Adis basah?” tanya Adis.

Gio tersenyum kecil, lalu tangannya terulur untuk mengusap bekas air mata di pipi Adis.

“Kamu abis nangis,” kata Gio.

Adis menyerngit heran, “Iyakah? Kapan Adis nangis?” ucapnya dengan polos.

Gio terkekeh kecil, “Emangnya Adis gak inget?” tanya Gio, Adis menggeleng pelan.

“Yaudah gak apa-apa,”

Lalu Adis berdiri dan melangkah menuju tempat tidurnya. Dia mengambil boneka barbienya di bawah ranjang tidur dan berlari kecil menuju meja rias dan duduk disana.

Gio menatap setiap pergerakan Adis. Meskipun sudah terbiasa, tapi rasanya masih asing jika bukan Gladis yang ada bersamanya. Gadis kecil bernama Adis itu seperti sudah melekat dalam jiwa Gladis.

Gio siap disalahkan dalam hal ini. Dia sadar akan kesalahannya, Gio memang suka jika melihat Gladis akrab dengan Rubi, tapi tidak harus menjadi Adis terlebih dahulu, bukan? Gio kurang menyukai gadis kecil bernama Adis itu.

Tapi rasa sayangnya sama saja, yang dilihatnya adalah Gladis. Meskipun tingkah lakunya berbeda, Gio tetap punya janji pada Rubi untuk menjaga Gladis apapun kondisinya.

Gio pun beranjak berdiri dan menghampiri Gladis yang sedang memainkan boneka barbienya itu.

“Ini boneka Adis?” tanya Gio saat sudah berada di samping Adis.

Adis mengangguk cepat sambil menyisir rambut boneka barbie itu dengan telaten.

“Sejak kapan Adis punya boneka? Kak Gio gak pernah liat tuh,”

Seketika Adis melebarkan matanya, ia lupa bahwa tidak ada yang tau Adis mengambil boneka itu dari salah satu rumah warga. Dia langsung menyembunyikan boneka itu di belakang punggungnya.

“Kak Gio gak akan bilang Ayah, kan?” cicit Adis pelan dengan ekspresi lucu, membuat Gio gemas sendiri melihatnya.

Ia bahkan sering membayangkan bagaimana jika Gladis tau bahwa jika dia sedang menjadi Adis, raut wajahnya sangat menggemaskan. Pasti Gladis akan mengamuk jika tau, karena Gio akan terus mengejeknya nanti.

Gio terkekeh, “Hayoo kamu ambil boneka itu dari siapa?”

Adis mengecutkan bibirnya menatap Gio seolah-olah minta di kasihani.

“Adis cuma pinjem sebentar, tapi karena Adis suka yaudah Adis bawa pulang.”ucapnya dengan raut wajah memelas.

Gio mengusap puncak kepala Gladis sambil terkekeh geli, “Itu kamu mencuri namanya,”

“Nggak! Adis kan cuma pinjem,” sarkanya cepat membuat Gio malah tertawa.

“Kalau pinjem itu harus izin sama yang punya. Kalau langsung kamu bawa pulang itu namanya kamu maling,” kata Gio.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang