• Selamat Membaca<3
PART 29
Setelah makan tadi, Lele di ajak Xavi untuk berjalan-jalan hanya untuk sekedar berkeliling saja. Takutnya Tulus dan yang lain belum selesai dengan pertunjukkan musik mereka.
Lele di ajak melihat-lihat sekitaran jalanan Jakarta yang setiap malam selalu ramai dengan orang-orang yang sekedar lewat atau sengaja nongkrong.
“Lo mau beli apa gitu, sesuatu, atau cemilan?” tanya Xavi menoleh ke arah Lele yang berjalan di sebelah kirinya.
Lele menggeleng, “Jadi gak enak gue, masa cewek yang bayarin si.” ucapnya.
Xavi terkekeh kecil. “Nggak apa-apa kali, Le. Sekali-kali gue yang tlaktir lo,”
“Sorry ya Xav kalau gue ngerepotin.” ucap Lele tak enak hati.
Xavi malah tertawa mendengarnya. “Gak pantes banget Le lo ngomong gitu,”
Lele menggaruk kepala belakangnya sambil senyum-senyum sendiri.
“Ya kan keadaan gue sekarang gak kayak dulu,”
Xavi tersenyum kecil lalu merangkul pundak Lele. “Sebenernya keadaan lo tuh masih kayak dulu, cuman lo sendiri yang memilih keluar dari zona orang tua lo itu. Eh tapi gue salut sama lo, mungkin kalau gue jadi elo, gue gak mungkin bisa hidup mandiri kayak gini. Apalagi cari uang sendiri, gue kan orangnya gak sabaran dan gak mau ribet.” kekeh Xavi di akhir kalimatnya.
Lele tertawa. “Hahahaa, nggak lah. Kalau di rasain capek juga kerja sambil Sekolah kayak gini. Tapi ya—gue harus bisa, kalau nggak selamanya gue akan jadi boneka kedua orang tua gue.”
Xavi mengangguk angguk setuju.Dalam hati Lele tersenyum dan merasa lega, ternyata Xavi sudah bisa memaafkan kesalahannya. Dan malah bersikap peduli padanya.
Tapi kali ini sikap pedulinya tak akan Lele anggap lebih. Karena dia tidak mau terlalu menaruh harapan pada seseorang yang sudah memiliki pasangan.
Dia tidak mau membuat Xavi risih dengan sikapnya. Mungkin mulai besok, dia akan sedikit jaga jarak dengan Xavi jika berada di lingkungan Sekolah.
Karena tak mau membuat Gio salah paham dan nantinya menimbulkan keribuatan.
Tapi jika Xavi butuh sesuatu atau teman cerita, Lele siap menjadi orang pertama yang mendegarkan keluh kesahnya.
Mereka melanjutkan berjalan-jalan sambil sesekali tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan, berkeliling sambil melihat-lihat orang berlalu lalang dan para pedagang pinggir jalan.
Namun semua itu pudar seketika ketika Xavi tak sengaja menoleh ke arah belakang dan melihat satu orang laki-laki memakai topi berwarna putih.
Loh bukankah topi putih umum di pakai?
Memang, tapi Xavi melirik ke arah tangannya dan melihat tato setengah bulan berwarna hitam dengan gelang yang sangat dia kenali.
Xavi langsung berbalik badan menghadap ke depan. Jantungnya mulai berdegub kencang, dia langsung menggenggam tangan Lele sangat kuat sampai sang empu terkejut dan menatapnya.
“Xav, lo—“
Xavi langsung menarik tangan Lele dan berlari sekencang mungkin. Lele panik sekaligus bingung, dia mencoba berbicara pada Xavi dalam posisi berlari kencang.
“Xav, kenapa?!” tanyanya.
“Kita harus lari Le, ayoo!!” balas Xavi semakin erat menggenggam tangan Lele.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...