[ 33 ] • Jadi, status kita apa? •

5 3 12
                                    

• Selamat Membaca<3

PART 33

Di sisi lain, Tulus mengajak Gladis ke rumahnya untuk belajar bersama-sama mempersiapkan perlombaan mereka yang akan terlaksana beberapa hari ke depan.

Cukup mendadak, memang. Terlebih lagi ini adalah perlombaan pertama bagi Gladis, untuk itu Tulus sengaja mengajaknya ke rumah agar ia bisa memberitahu apa yang seharusnya Gladis lakukan di sana.

Ditakutkan, Gladis tertekan karena melihat banyak orang yang memperhatikannya nanti. Maka dari itu Tulus akan mengajarkan beberapa taktik agar Gladis bisa menjalankan lomba dengan tenang.

Tulus juga akan meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Yang terpenting Gladis percaya diri dan bisa melawan rasa takutnya, itu sudah sangat sempurna.

Gladis juga tak menyangka bahwa dirinya akan di pilih untuk mewakili sekolah. Di sekolahnya dulu, Gladis merasa asing dan tak di anggap karena satu sekolah tau dia memiliki penyakit mental.

Sedangkan sekarang, Gladis merasa di lihat dan di akui, satu sisi dia senang, sedangkan sisi lain dia tak tenang karena belum pernah mengikuti ini semua. Tapi Tulus lagi-lagi berhasil membuatnya mengangguk percaya.

Tulus sudah sampai, langsung saja mobilnya ia masukkan ke pekarangan rumahnya yang luas. Saat sedang memarkirkan mobilnya, Tulus menyerngit melihat mobil di depannya yang ia kenali.

Sesaat dia memperhatikan mobil itu, kedua mata Tulus langsung membelalak di barengi dengan senyuman yang lebar. Tulus tau siapa pemilik mobil ini, dan hatinya sangat senang melihat kehadirannya.

Kemudian setelah itu Tulus keluar dari mobil diikuti Gladis. Lalu berjalan untuk masuk ke dalam rumah, dengan Gladis yang mengekori di belakangnya.

Saat tangan Tulus membuka pintu rumah, lagi-lagi kedua mata Tulus melebar dengan senyum manisnya.

Ternyata dia melihat kedua orang tuanya sudah pulang, Tulus sangat senang.

Sedetik kemudian dia langsung berlari menghampiri kedua orangtuanya dan langsung memeluk Ibunya, Vira.

“Tulus kangen banget sama Mama,” ucap Tulus dengan pelukan eratnya.

Di ambang pintu, Gladis membatin. “Ohh jadi nama aslinya Tulus.”

Vira tersenyum hangat, dia juga merindukan putranya. “Mama juga kangen sama kamu,” balas Vira mengusap lembut kepala Tulus.

Lalu Tulus melepaskan pelukannya, lalu beralih memeluk Papanya, Adirangga.

What’s up, Boy?!” sapa Adirangga terkekeh kecil, lalu memeluk Tulus sesekali menepuk punggungnya.

I’m fine dad, how are you?” ucap Tulus berbalik bertanya.

“Sangat baik, mana Xaviora?” tanya Adirangga karena tak melihat kehadiran putrinya.

Tulus tersenyum kecut, “Come on dad, I’m in front of you. Kenapa harus Xaviora yang di tanyain?” kata Tulus berdecak malas.

Adirangga terkekeh.”Karena Xaviora juga anakku, dan saudara kembarmu.” balas Adirangga membuat Tulus tertawa.

“Ahahaaa, aku gak tau Xavi kemana, dia belum pulang mungkin.”

“Loh memangnya kalian gak pulang bareng?” tanya Vira menyauti.

“Nggak, Xavi gak pernah mau di ajak pulang bareng.”

“Kamu ini, saudara kembarmu pergi kemana kok gak tau, gimana si.” sambung Adirangga.

“Paaa, Xaviora tuh gak pernah mau aku ikutin, di bilangnya kepo. Jadi aku males punya urusan sama dia, keras kepala orangnya.” jawab Tulus membuat Adirangga tersenyum seraya mengusap kepala putranya.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang