[ 32 ] • My Dad is a hero •

8 3 13
                                    

• Selamat Membaca<3

PART 32

Lele harus buru-buru segera sampai di Cafe, karena dia tidak mau Sonya tau soal dimana dia bekerja atau tidak Sonya bisa melaporkan pada Pragos dan Papanya bisa mengancam pemilik Cafe agar tidak mempekerjakan Lele lagi di sana.

Ahhhh, itu hal yang buruk.

Namun untungnya hari ini tidak belajar, karena Bu Sisil sedang sibuk mempersiapkan lomba Fisika dan Kimia tingkat nasional yang akan di wakilkan juga oleh Tulus dan Gladis.

Jadi 10 menit sebelum bel pulang berbunyi, Lele izin ke toilet. Sebelum itu dia telah berbisik pada Teo untuk menitipkan tasnya.

Setelah itu Lele bergegas keluar karena izin pergi ke toilet. Tapi dia tidak benar-benar pergi ke toilet, Lele malah memanjat tembok belakang Sekolah dan kabur dari sana.

Hal itu semata-mata dia lakukan agar Sonya tidak tau dimana dia bekerja. Jika Sonya tau, gadis itu pasti akan mengacaukan semuanya.

Lele turun dari angkot dengan langkah yang terburu-buru padahal dia sudah sampai di Cafe. Langsung saja Lele masuk dan berjalan seraya merapihkan bajunya yang terlihat kusut setelah memanjat dan berlari tadi.

Karena posisi Lele yang menunduk, dia tak sengaja menabrak bahu seseorang, refleks juga dia memegang nampan yang pria itu bawa karena hampir jatuh.

“Maaf maaf saya gak—“

Ucapan Lele terpotong kala ia mendongakkan kepalanya dan melihat siapa pria itu.

“Om Rubi?!” ucap Lele cukup terkejut.

Rubi hanya tersenyum tipis. Lele memperhatikan pakaian Rubi dari ujung kaki sampai kepala. Kenapa Om Rubi memakai seragam pegawai yang sama dengannya? Batin Lele berucap.

“Om—kerja di sini juga?” tanya Lele hati-hati, takut apa yang di duganya salah dan Rubi bisa tersinggung.

Rubi tersenyum lalu mengangguk yang membuat Lele cukup terkesiap.

“Gimana ceritanya Om, bukannya Om—“ Lele menggantungkan ucapannya.

“Sebentar ya, saya harus mengantar pesanan lebih dulu.” ucap Rubi di angguki Lele, setelah itu ia melangkah pergi untuk mengantarkan pesanan pelanggan lebih dulu.

“Apa yang gak gue tau si, apa gue melewatkan sesuatu? J tau gak ya soal ini,” gumam Lele, lalu dia berdecak.

“Ahhh! Gak Gladis gak Papanya, susah banget di tebak.” dengus Lele.

Lalu tak lama Rubi datang menghampirinya lagi dengan nampan yang berisi piring-piring kotor yang akan dia bawa ke dapur Cafe untuk di cuci.

“Ayo ikut Om,” ajak Rubi berjalan lebih dulu.

Lele pun mengikutinya dari belakang. Lalu sampailah mereka di dapur, Rubi menaruh piring-piring kotor tersebut di samping piring kotor lainnya yang akan ia cuci.

Lele melangkah lebih dekat ke arah Rubi. “Kok bisa Om kerja di sini, bukannya—“

“Ganti baju dulu sana, nanti seragam Sekolahmu kotor.” Potong Rubi sambil mulai mencuci piring-piring tersebut.

Lele menghela napas, tersenyum kecut lalu melangkah pergi untuk ganti baju terlebih dahulu dengan seragam pelayan Cafe ini.

Tak lama Lele datang kembali setelah selesai mengganti pakaiannya dan menaruh seragam Sekolahnya ke loker miliknya. Lalu menghampiri Rubi lagi.

“Sekarang jelasin semuanya Om, kenapa Om bisa kerja di sini, keliatannya Om Rubi punya perusahaan dan termasuk pengusaha yang cukup kaya, kan?” tanya Lele mulai penasaran sekaligus butuh penjelasan.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang