[ 18 ] • Madu & Obat •

11 3 11
                                    

• Selamat Membaca<3


Part ini wordnya lebih sedikit guys🙈

PART 18

Malam hari pukul 23:10, Gladis terbangun dari tidurnya dan keluar kamar berniat ingin melihat makanan apa saja yang tersisa.

Karena dari pulang Sekolah tadi, dia langsung ke rumah Gio bersama Tulus dan Gladis belum makan sama sekali. Itu yang membuat dirinya terbangun malam-malam karena perutnya keroncongan.

Dia menuruni tangga perlahan, karena harus mengumpulkan nyawanya dengan keadaan yang masih ngantuk.
Namun perutnya meronta minta di isi.

Gladis lalu berjalan ke arah dapur, namun belum sampai di sana, langkahnya sudah terhenti saat melihat Rubi sedang berada di sana.

Sedang apa Rubi malam-malam di dapur? Tak peduli, Gladis berjalan mendekat dan tepat di belakang Rubi. Laki-laki itu belum sadar.

Lalu Gladis berdehem, membuat Rubi menoleh dan sedikit terkejut melihat putrinya malam-malam berada di dapur dan ada di belakangnya.

“Ada apa kamu malam-malam ke sini, Gladis?” tanya Rubi.

“Laper,” jawab Gladis singkat membuat Rubi menaikkan kedua alisnya.

“Emangnya kamu belum makan, kenapa tidak bilang?” ujar Rubi, ada kekhawatiran yang terlihat di wajahnya.

Gladis tak menjawab, dia melirik Rubi yang wajahnya terlihat pucat pasi, dengan segelas air yang di pegangnya.

“Uhuk, uhuk-uhuk!”

Gladis melirik Rubi, sepertinya laki-laki itu sedang kurang enak badan.

“Makannya, kalau kerja harus tau waktu.” ucap Gladis datar, membuat
Rubi langsung menatapnya.

Rubi tersenyum, “Iya, Ayah terlalu bersemangat mencari uang untuk kamu. Jadinya Ayah nggak sadar sama kesehatan Ayah sendiri,” jawab Rubi.

“Siapa suruh,” hanya itu balasan Gladis.

“Oh ya, kamu mau makan kan? Udah sana, kamu duduk di meja makan biar Ayah yang masakin buat kamu.” ujar Rubi bersemangat.

“Nggak perlu.”

“Gak apa-apa. Duduk Nak, biar Ayah yang masakin makanan untuk kamu,”

“Aku bilang gak perlu! Aku bukan bocah!” bentak Gladis pada Rubi.

Rubi memundurkan langkahnya, dia terdiam. “Yasudah, tidak apa-apa. Ayah mengerti,”

Rubi pun melangkah melewati Gladis dengan membawa segelas air hangat di tangannya. Lalu Gladis bersuara membuat langkah Rubi terhenti di sana dengan posisi membelakangi Gladis.

“Jangan seperti madu yang hanya manis,” ucap Gladis datar.

“Saya bukan madu, tapi Obat. Pahit, tapi penyembuh rasa sakit. Bukankah madu tak hanya manis, tapi bisa di jadikan obat, bukan begitu? Saya yakin kamu cukup pintar untuk mengerti apa yang saya ucapkan.” balasan Rubi menohok sekali untuk Gladis.

Lalu Rubi langsung melongos pergi, meninggalkan Gladis yang terdiam di sana. Kalau kalian jadi Gladis atau Rubi, apakah enak berada di posisi yang tinggal serumah tapi saling diam?

Gladis mendengus, hatinya ada rasa bosan saat harus berdebat kecil terus-terusan dengan Ayahnya.

Gladis pun membuka kulkas dan melihat apa yang akan dia masak. Rupanya ada mie instan, Gladis memilih untuk masak itu saja. Cepat dan praktis.

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang