[ 41 ] • Si pengecut •

4 2 24
                                    

• Selamat Membaca<3

PART 41

SI PENGECUT.

Tulus berjalan di sepanjang koridor dengan langkah santai. Bu Sisil tadi menuruhnya untuk mengambilkan amplop berisi surat izin orang tua di kantor

Saat sedang berjalan santai, arah mata Tulus tak sengaja menangkap Sonya yang berjalan dengan langkah teruburu-buru menuju ke arah taman belakang Sekolah.

Hal itu sontak membuat Tulus sedikit menyerngitkan dahinya sambil bertanya di dalam hati, untuk apa Sonya pergi ke taman belakang?

Karena rasa penasaran di dalam diri Tulus muncul, ia berinisiatif untuk mengikuti gadis itu.

Tulus berdiri di koridor yang langsung menghadap ke arah taman belakang tempat di mana sekarang Sonya tengah berdiri.

Namun ia tidak sendiri, Tulus melihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam sedang mengobrol bersama gadis itu.

Tulus melangkah lebih dekat dan bersembunyi di balik tembok, ingin mendengar lebih jelas apa yang sedang mereka bicarakan.

“Gimana, beres kan?” tanya Sonya pada laki-laki itu.

Ia pun mengangguk. “Beres, saya sudah menyuruh anak buah saya untuk menunggu di sana.”

Sonya yang posisinya sedang melipat kedua tangan di depan dada itu pun terlihat terseyum miring.

“Bagus. Ingat, namanya Xaviora.”

Tubuh Tulus langsung menegak mendengar nama Xaviora di sebut. Ia semakin penasaran dan ingin mendengar lebih banyak apa yang akan laki-laki itu lakukan pada saudara kembarnya.

“Lakuin dengan baik, dan gue gak mau rencana ini gagal. Ini fotonya.” Sonya memperlihatkan foto Xaviora dari ponselnya kepada laki-laki itu.

“Baik Nona, saya pastikan rencana ini tidak akan gagal. Semua anak buah saya sudah terlatih, jadi bisa saya janjikan bahwa gadis itu tidak akan selamat.” ucap laki-laki itu.

Senyum miring di sudut bibir Sonya kembali terbit. “Oke, gue percaya sama lo. Tapi gue mau, lo jangan bikin dia langsung mati gitu aja. Ya... paling nggak lo buat dia koma beberapa hari.” kata Sonya memerintah.

Laki-laki itu mengangguk.

Tulus masih mendengarkan percakapan mereka dengan serius.

“Saat Xavi keluar dari gerbang Sekolah, lo langsung ikutin dia dari belakang. Awas! Jangan sampe ketauan. Saat cewek itu udah ada di titik yang tepat, suruh anak buah lo untuk mepet mobil dia. Paling tidak lo bawa ke sisi jurang yang deket dari sana. gue akan tunggu kabar baiknya.”

“Baik Nona, ucapan anda adalah perintah bagi kami.”

“Gue udah berani bayar kalian dua kali lipat, dan itu bisa cukup untuk membiayai hidup kalian lima tahun kedepan. Gue mau hari ini juga rencana kita berhasil. Gue nggak nerima kekalahan. Gue gak mau ngeliat Xaviora baik-baik aja, seengganya dia harus celaka, entah masih hidup, atau mati.” ucap Sonya dengan nada yang tersulut dendam.

Laki-laki itu tersenyum miring.

“Tenang saja Nona, semua akan berjalan sesuai rencana.”

Sonya mengangguk. “Lo boleh pergi.”

“Saya permisi.” Laki-laki itu menunduk rendak memberi hormat lalu pergi dari sana dengan memanjat tembok yang cukup tinggi di belakang sekolah.

Tulus keluar dari persembunyiannya, melangkah mendekat ke arah Sonya.

“Lo gak akan bisa bikin Xaviora cekala.”

TULUS : Dan Gadis KaktusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang