• Selamat Membaca<3
PART 8
Hari terlihat semakin malam, angin pun terasa bertiup lebih kencang pertanda akan turun hujan. Gio belum menyerah, dia masih terus menyusuri jalan dan sesekali menepikan mobilnya untuk bertanya pada para pedagang di pinggir jalan.
Sekarang, Gio akan mencoba mencari Gladis di tempat yang cukup ramai. Tempat yang menjadi destinasi untuk para anak muda seumurannya. Gio langsung menancap gas menuju ke sana.
Saat sampai, dia melihat lumayan banyak orang yang sedang nongkrong di angkringan. Sambil mencicipi jajanan yang biasa terpajang di pinggir jalan Jakarta ini.
Gio memelankan laju mobilnya sambil mengamati suasana di sana, melihat-lihat siapa tau ada Gladis di antara orang yang ramai. Terdengar helaan napas dari Gio, lelah karena belum bisa menemukan Gladis malam ini.
Berada di tengah-tengah ramainya para pedagang jalanan, Gio tak menemukan Gladis di sana. Raut wajahnya nampak kecewa, tak tau bagaimana cara menyampaikan hal ini pada Rubi. Mungkin malam ini akan ia sudahi, besok hari baru akan dilanjutkan lagi mencari Gladis.
Gio akan berbalik arah, dia mulai melihat kaca spion untuk memastikan apakah ada pengendara di belakangnya atau tidak. Sambil melirik tatapan lurusnya, masih mencari-cari Gladis di sana.
Di ujung sana, seorang laki-laki yang sepertinya ia kenali. Gio memajukan mobilnya perlahan, menyimpitkan matanya menatap laki-laki itu lalu tak lama apa yang di duganya benar, dan langsung saja Gio menancap gas menuju ke ujung sana.
***
Gio buru-buru turun dari mobil, melambaikan tangannya untuk menyebrang jalan. Di seberang sana Gio melihat seorang laki-laki yang ia kenali, dan yang lebih penting di sana juga terlihat ada Gladis sedang bersamanya.
Ya, dia melihat Lele di ujung sana dan mencurigai gadis yang bersama mereka. Maka dari itu Gio langsung saja memastikan, dan benar saja Gladis bersama mereka.
“Gladis!”
Gio mengatur deru napasnya yang tak beraturan karena berlari tadi. Ingin cepat-cepat bertemu dan memastikan kondisi Gladis dengan mata kepalanya sendiri.
Tak hanya Gladis yang menoleh, mereka yang lain pun ikut menoleh. Dengan tiba-tiba, Gio memeluk Gladis hingga tubuhnya hampir terhuyung ke belakang. Tulus sedikit bergeser, membiarkan mereka berdua lebih leluasa.
Sedangkan Lele dan Teo saling bertatapan dengan raut wajah bingung. Ada hubungan apa sebenarnya Gio dengan Gladis? Dan Gladis dengan Tulus? Itu kira-kira yang ada di pikiran mereka sekarang.
“Gio ....” cicit Gladis pelan, melepas pelukannya dan menatap Gio dengan mata yang masih sembab.
Gio menangkup kedua pipi Gladis, tatapannya terlihat sangat mengkhawatirkan gadis di depannya itu. Tulus menatap mereka berdua, tak ada ekspresi darinya hanya terlihat diam dan membiarkan mereka bertemu.
“Lo-gak apa-apa?” tanya Gio seraya menyelipkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Gladis.
Gladis menggeleng, dirinya hampir menangis. “Tangan lo—“ ucap Gio melihat sikut tangan Gladis lecet.
“Gak apa-apa,” Gladis tersenyum kecil, memperlihatkan pada Gio bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan.
“Gue khawatir banget sama lo,” ucap Gio mengungkapkan kekhawatirannya saat ini.
Gladis mengangguk, kemudian Gio kembali memeluknya dengan erat. Mengusap puncak kepala Gladis dengan lembut sambil memejamkan mata.
Lele terlihat diam tak bersuara, tatapannya pada Gio sedikit berbeda kali ini. Seperti berkata sesuatu di dalam hatinya, Tulus dan Teo pun hanya memperhatikan mereka tanpa berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TULUS : Dan Gadis Kaktus
Teen FictionSemua orang mendambakan ingin memiliki pasangan yang pengertian, penyayang, dan mau menerima semua kekurangan. Hal itu juga yang di sedang di rasakan Gladis, bertemu dengan laki-laki yang akrab dipanggil dengan sapaan J itu membuat hidup dan mental...