(Idn) Chapter 7

541 112 72
                                    

"Aish... kenapa mereka lama sekali?" Gerutu Will sambil mondar-mandir tak sabaran, padahal belum sampai 1 menit sambungan teleponnya dengan Eun Seob berakhir.

Sementara itu tangisan Danmuji semakin kencang. Kedua kakinya menghentak-hentak di kasur tak sabaran. Bokongnya yang kotor membuatnya merasa tak nyaman.

Tak tahan mendengar tangisan Danmuji, juga karena aroma tak sedap mulai memenuhi kamar tamu itu, Will meninggalkannya sendirian di kamar tamu. Saat pintu kamar tertutup, suara tangisan bayi itu tak terdengar lagi. Kamar-kamar di apartemennya ini memang didesain khusus kedap suara, jadi suara sekencang apapun di dalam kamar tak akan terdengar sampai ke luar.

Will menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil menghela napas panjang seolah habis melakukan sesuatu yang sangat melelahkan. Saat memejamkan matanya, sayup-sayup telinganya kembali mendengar tangisan Danmuji. Terkejut, ia menoleh dan menatap ke arah pintu kamar tamu.

"Kenapa suaranya bisa keluar?" Pikirnya heran.

Kemudian Will menyumbat kedua telinganya menggunakan wireless earbuds dan menyalakan musik dengan volume yang kencang. Tapi tetap saja ia dapat mendengar suara tangisan Danmuji, seolah suara itu bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam kepala Will sendiri.

 Tapi tetap saja ia dapat mendengar suara tangisan Danmuji, seolah suara itu bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam kepala Will sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia mencabut earbudsnya, kemudian membuka pintu kamar dengan kasar.

"Hei, bisakah kau berhenti menangis sebentar saja? Kau tidak sabaran sekali!"

Dibentak seperti itu, Danmuji bukannya diam, malah menangis makin kencang. Namanya juga bayi.

Will menggaruk kasar kepalanya. Ia menarik dan membuang napas kesalnya beberapa kali. Ia keluar lagi dan menuju dapur. Sembari mendidihkan air, ia membaca petunjuk membuat susu bayi yang tertulis di kaleng susu bubuk. Setelah air mendidih, ia menuangkannya ke dalam botol, kemudian memasukkan beberapa sendok susu. Ia menggoyang-goyangkan botol itu setelah menutupnya dengan rapat.

"Apa benar seperti ini?" Gumamnya ragu.

Ia membuka tutup botol, lalu menyedot susu itu, dan segera menyemburkannya karena panas.

"Ah... ternyata harus dicampur dengan air dingin dulu..." Will mengangguk-angguk setelah membaca ulang petunjuknya.

Ia pun memasukkan dua blok es batu ke dalam susu itu, lalu mengocoknya.

"Nih, minum dulu," Will memasukkan dot ke dalam mulut Danmuji.

Will menghela napas lega setelah tak lagi mendengar tangisan bayi yang mulai menghisap susunya. Tapi hanya sebentar, Danmuji melepaskan dotnya dan memalingkan wajah. Ia mulai menangis lagi.

"Eh? Kenapa? Apakah ini tidak enak?" Will mencicipi lagi susu itu, "ini enak kok, seperti milkshake. Agak sedikit hambar, sih. Apa perlu kutambahkan gula?"

Bayi itu hanya menjawab dengan tangisan.

Will berbalik membelakangi Danmuji, duduk di lantai bersandar pada badan springbed. Ia meletakkan kepalanya yang terasa berat di atas kasur. Ujung-ujung rambutnya menyentuh rambut tipis milik Danmuji.

A Sudden Dad✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang