(Idn) Chapter 29

638 86 24
                                    

Seol bukannya tidak tahu siapa aktor yang akan syuting di rumah neneknya. Sejak pihak produksi film meminta izin untuk meminjam rumah neneknya, ia sudah tahu. Itu sebabnya ia menentang pada awalnya, selain karena alasan mengganggu ketenangan warga desa, mengganggu ketenangan jiwanya juga.

Sudah tiga tahun dia healing di desa ini, punya aktivitas baru, punya teman baru. Sedikit demi sedikit luka di hatinya terobati. Ia sudah tak terlalu sakit lagi jika mendengar nama William Choi atau melihatnya di iklan maupun poster.

Meski begitu, perasaannya terhadap Will masih merekat erat di dalam hatinya. Seperti lem alteko yang tak sengaja merekat di kulit, akan terasa sakit bila dipaksa untuk dilepaskan. Maka daripada menariknya, ia menguburnya ke palung hatinya yang terdalam. Namun ketika pria ini akhirnya muncul lagi di hadapannya, perasaan itu bangkit dari kubur.

Seol tahu Will akan datang ke desanya dan syuting di rumah neneknya. Tapi ia tak menyangka aktor kelas hollywood ini akan datang ke cafe kecilnya.

"Permisi?" Julian Kang mengembalikan jiwa Seol yang sempat keluar dari tubuhnya untuk menuju Will.

"Oh, maaf."

"Hehehe... it's okay. Anda pasti terkejut ada aktor hollywood yang mampir ke cafe anda kan? Anda boleh meminta tanda tangannya atau fotonya untuk dipajang di cafe anda nanti. Boleh kan, Will?" Julian menoleh kepada Will yang masih terpaku membeku di dekat pintu.

"Will?"

"Ehm, tidak perlu," ucap Seol yang kembali mencatat pesanan Julian.

Julian mengangkat alisnya, terkejut dan tak percaya. Adalah sebuah keuntungan terutama bagi pemilik bisnis yang didatangi artis, bukan? Bisnis mereka pasti bisa laku keras kalau para customer tahu di tempat tersebut pernah didatangi artis. Tetapi kemudian ia berpikir, bisa jadi pemilik cafe ini adalah haters.

Sejak skandal memiliki anak di luar nikah 3 tahun yang lalu, haters William Choi semakin banyak. Apalagi saat William Choi memberikan konfirmasi terkait pernikahannya dengan Suzy Bee, bahwa mereka memang akan membesarkan anak mereka bersama tetapi tidak menikah. Bagi netizen internasional, hal ini merupakan hal yang biasa, apalagi mereka yang tinggal di negara liberal. Tetapi bagi netizen Korea (dan Asia), meskipun mereka sudah mulai menormalisasi pasangan yang tinggal satu atap tanpa hubungan pernikahan, namun jika hamil dan punya anak, mereka harus menikah.

"Ice americano 2 dan espresso 1 ya? Diminum di sini atau dibawa pulang?" Seol mengonfirmasi.

"Dibawa--"

"Diminum di sini," potong Will.

"Hah? Tapi--" Julian tak sempat protes karena Will sudah mengambil tempat duduk di pojokan.

"Baik, tunggu sebentar," Seol mulai mengerjakan pesanan mereka.

Dari tempat duduknya, mata Will tak lepas memandangi wanita yang menjadi penguasa hatinya itu. Tak ada banyak perubahan pada diri Seol. Ia masih berambut pendek. Dan ia masih cantik. Hanya tubuhnya sedikit lebih berisi. Mungkin dia bahagia tinggal di desa. Mungkin dia bahagia tanpa Will.

Drrrtttt...

Benda bulat di atas meja bergetar.

"Akan kuambilkan kopinya," kata Supir yang hendak beranjak.

Tetapi Will lebih dulu bangkit, mengambil alarm itu dan berjalan menuju meja kasir.

"Silahkan kopinya," ucap Seol pelan.

"Apa kabar?"

"Baik."

"Aku tak menyangka kita bisa ketemu di sini. Kupikir kau tinggal di Seoul."

A Sudden Dad✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang