3 tahun kemudian...
Los Angeles
Di dalam bus berwarna kuning ramai dengan celotehan anak TK. Ada yang mengobrol, bernyanyi, juga bermain.
"Look! Rainbow!" Seru beberapa anak. Mereka semua mulai membahas hal ini.
"Kata nenekku, jika pelangi muncul, berarti ada peri yang turun ke bumi untuk mandi di sungai."
"Salah, salah! Kata kakekku, di ujung pelangi akan ada harta karun emas!"
"Kalian salah semua, pelangi itu hadiah dari Tuhan kepada Nabi Nuh setelah membinasakan manusia yang jahat. Itu kata pak pendeta."
"Bagaimana menurutmu, Danny?" Tanya seorang gadis cilik yang duduk di sebelah bocah lelaki Asia.
"Pelangi itu berasal dari pembiasan cahaya. Setelah hujan, sinar matahari yang mengenai sisa air hujan akan membias membentuk warna-warni."
Anak-anak itu pun bertanya kepada gurunya, Miss Rebecca. Ia menjelaskan persis seperti pendapat yang diungkapkan Daniel tadi. Tapi ia juga membenarkan pendapat anak-anak lainnya, dari sisi agama, serta cerita dongeng fantasi.
Bus itu sampai di depan sebuah kompleks perumahan. Semua anak turun satu persatu. Sisa-sisa air hujan tadi pagi membentuk genangan. Beberapa anak melompat-lompati genangan itu.
Daniel turun bersama teman perempuannya bergandengan tangan.
"Kau tidak ingin main genangan air, Maddy?" Tanya Daniel saat melihat temannya itu terus menatap teman-teman lainnya bermain.
"Aku tidak bawa sepatu boots. Ibuku akan marah kalau sepatu dan kaus kakiku kotor."
"Mau pinjam punyaku?" Daniel menunjukkan sepatu boots kuning yang ia pakai.
"Bolehkah? Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku tidak suka main genangan air."
Ia mengganti sepatu boots yang ia pakai denhan sepatu casual yang ia tenteng. Ia memberikan sepatu bootsnya kepada Maddy. Maddy melompat-lompat di sebuah genangan air dengan riang. Daniel hanya duduk menunggui temannya sampai puas bermain.
"Bukankah kau juga suka main genangan air, Dan-ah?" Sebuah suara berat seorang pria membuat Daniel menoleh cepat.
"Appa!!!" Ia langsung melompat memeluk ayahnya.
"Dasar genit! Mirip siapa kau hah?" Will menoel hidung mancung putranya.
"Kata Eomma, aku mirip Appa."
Will terkekeh.
"Ayo pulang dan ganti baju, setelah itu kita jalan-jalan."
"Hurray!!!" Daniel melompat senang, "eh, tunggu dulu, Appa."
Daniel menghampiri temannya tadi, "apa kau sudah selesai bermain?"
"Hmm... yeah..." Maddy terlihat belum puas.
"Kalau begitu ambil saja sepatuku."
"Really???" Mata Maddy berbinar.
"Ya, ayahku akan membelikanku sepatu boots yang baru nanti. Jadi itu untukmu saja."
"Thank you, Danny! You're my best friend!" Maddy memeluk dan mengecup pipi Daniel.
"Heol..." ayahnya speechless.
"Come on, Appa," ajak Daniel.
"Siapa yang bilang akan membelikanmu sepatu baru?"
"Kalau kau tak membelikanku, kau tak boleh pergi ke Korea, Appa."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sudden Dad✔
RomanceThis story has 2 language: Indonesian language in page 1 English language in the next page . . William Choi adalah seorang model dan aktor terkenal. Dia playboy dan sering terlibat skandal, tapi tetap saja fansnya banyak. Suatu hari tiba-tiba ada s...